Kisruh Turnamen Basket GJIBT, Perbasi Dituntut Rp 21 Miliar, Ini Kronologinya

Penyelenggara turnamen basket GJIBT gugat Perbasi
Sumber :
  • siap.viva.co.id

Siap – PT Kuy Digital Indonesia selaku penyelenggara Gunadarma Java International Basketball Tournament (GJIBT) bakal menuntut ganti rugi sebesar Rp 21 miliar terhadap Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia atau Perbasi

Itu lantaran, Perbasi dinilai bertindak arogan, menghentikan secara sepihak turnamen basket yang diselenggarakan PT Kuy Digital Indonesia bersama Kemenparekraf. 

Adapun turnamen basket GJIBT tersebut rencananya berlangsung di kampus Gunadarma Depok pada 1-7 Juli 2024. 

Namun sayangnya, agenda yang melibatkan banyak klub basket dari dalam dan luar negeri itu dihentikan oleh Perbasi. Adapun duduk perkaranya diduga karena persoalan wasit. 

CEO PT Kuy Digital Indonesia penanggung jawab GJIBT, Suri Agung Prabowo mengungkapkan, bahwa sejak jauh-jauh hari pihaknya telah mengajukan permohonan terkait GJIBT ke PP Perbasi.

Pihaknya kemudian mendapat rekomendasi dari Perbasi Jawa Barat pada 23 April 2024. Lalu pada 8 Mei 2024, PT Kuy Digital Indonesia menerima surat rekomendasi pelaksanaan kegiatan GJIBT dari PP Perbasi. 

"Nah pada tanggal 30 Mei 2024 kita juga telah menerima surat rekomendasi pelaksanaan GJIBT dari Kemenparekraf," kata Agung pada awak media, Rabu, 10 Juli 2024.

Masalah mulai muncul ketika pada 6 Juni 2024 Agung mengirimkan surat permohonan bantuan wasit ke Perbasi Jawa Barat. Namun sampai dengan tanggal 26-27 Juni pihaknya masih belum mendapatkan respon yang baik. 

"Tanggal 28 saya selaku penanggung jawab mencoba menghubungi Bapak Ilham terkait wasit yaitu dia dari PP Perbasi dan akhirnya disepakati harga wasitnya berapa," tuturnya.

Kemudian pada 30 Juni 2024, sekira pukul 21:00 WIB, Agung dan tim kembali mencoba menghubungi Ilham tapi tidak pernah direspon. 

"Nah kita sebagai penyelenggara agak wori terkait masalah wasit karena surat menunjukkan wasit itu kan bukti bahwa kita bisa dapat wasitnya," kata dia.

Lalu pada 1 Juli 2024 sekira pukul 01.51 WIB, Agung dan tim baru mendapatkan surat penugasan perangkat pertandingan dengan jumlah wasit sebanyak 17 wasit, 2 penawas dan 1 koordinator wasit melalui email

Tapi nyatanya, sampai dengan jelang pertandingan sekira pukul 07:40 WIB perangkat wasit masih belum siap untuk memimpin pertandingan. 

"Dimana saat itu wasit yang hadiri hanya berjumlah 6 orang dan 1 orang pengawas. Karena pertandingan kita dimulai pada jam 08:00 pagi."

Karena cuma ada enam wasit dan satu pengawas, Agung dan tim berusaha menanyakan kembali kepada mereka (Perbasi). 

"Akhirnya jam 07:40 WIB nanti akan ada buktinya juga di sini, saya kasih kirim ke mereka, ini lho surat bukti bahwa kita sudah mendapatkan surat tugasnya," tutur Agung. 

"Nah setelah dikasih seperti itu mereka berkoordinasi lagi. Waktu jam 07:50 WIB waktu itu saya bilang, ini sudah 10 menit lagi on, kira-kira seperti apa? Karena pengawasnya juga cuma ada satu."

:Nah bagaimana kalau misalnya tim dari Perbasi memwasitin satu pertandingan, 2 lagi dari wasit dari non Perbasi," sambungnya. 

"Tapi mereka bilang, oh tidak bisa pak. Oh yaudah karena ini sudah jam 08.00 akhirnya saya putuskan pada saat waktu itu untuk pertandingan pertama. Kalian masih belum siap? Yaudah kita jalankan ini aja," timpalnya lagi. 

Akhirnya selesai pertandingan pertama, wasit Perbasi semua sudah siap.  

Selesai itu, wasit non-Perbasi dikeluarkan semua. 

"Kita bagikan haknya untuk pertandingan."

Selang beberapa saat kemudian, diberikan surat revisi kembali untuk penambahan jumlah wasit Perbasi. Menjadi 20 orang, beserta 4 pengawas dan 1 koordinator wasit. 

Tanggal 2 Juli 2024, pagi-pagi Agung dan tim diberitahukan bahwa ada tambahan wasit tadi sebelumnya 4 orang.

"Nah, tanggal 3 Juli, malam hari itu kita sudah mendapatkan surat dari Perbasi untuk klarifikasi. Dari saat waktu itu kita bertanya, oh nanti datang aja ke Perbasi."

Sebagai penanggung jawab GJIBT, Agung datang sekira pukul 08:00 WIB ke PP Perbasi. Di sana ia ditanya perihal penggunaan wasit non Perbasi. 

"Saya sudah jelaskan bahwa itu adalah keputusan dari kami karena Perbasi waktu itu masih belum siap perangkatnya. Tetapi dimarahin, ya saya salah kan, ya sudah saya minta maaf. Tapi mereka nggak mau tahu, pokoknya pertandingan berhenti," tutur Agung.

Ia mengaku telah berusaha untuk memberi penjelasan, namun hal itu terkesan ditolak mentah-mentah oleh pengurus Perbasi. Sampai akhirnya turnamen basket yang melibatkan lebih dari 77 tim itu dibubarkan. 

Dituntut Puluhan Miliar Rupiah

Sementara itu, kuasa hukum PT Kuy Digital Indonesia, Deolipa Yumara menduga  ada unsur dugaan pelanggaran Perbasi dalam kasus ini.

"Nanti ada pasal-pasalnya, bisa pasal penipuan atau pasal apa. Jadi kita akan melakukan hal-hal seperti itu." 

Terkait hal tersebut, kata Deolipa kondisi ini para peserta dan pihak penyelenggara sama-sama menjadi korban atas sikap arogansi pengurus Perbasi.

"Di atasnya kompensasi itu adalah adanya permintaan maaf dari kami terhadap seluruh peserta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Posisi kita ini sama-sama korban," ujarnya. 

Pada Perbasi, Deolipa menegaskan bakal melakukan langkah hukum berupa tuntutan ganti rugi materi sebesar Rp 1,2 miliar. Angka itu akan ditambah dengan kerugian inmateri yang besarannya mencapai Rp 20 miliar.

"Ini kan persoalan psikologis. Anak-anak (peserta) ini kan menderita nih, kita juga di sini menderita. Jadi imaterialnya bisa jadi kita minta Rp 20 miliar. Nah totalnya Rp 21,2 miliar. Kita akan menggugat Perbasi," tegasnya. 

Menurut Deolipa itu dilakukan untuk memberi efek jera terhadap Perbasi.

"Jangan sampai arogansi terus," katanya.

Hal lain yang juga jadi sorotan Deolipa dan kliennya adalah, di kesempatan yang sama, pengurus Perbasi kepergok bersama dengan tim basket dari luar negeri peserta GJIBT.

"Ini kan bertarti pembajakan. Ini akan kami lakukan langkah hukum perdata maupun pidana. Ini langkah hukum terbuka, akan kami lakukan sampai ini jadi jelas," ujarnya.