Kisah Heroik Empat Marinir Lawan Tentara Malaysia Satu Kapal
- Istimewa
Siap – Demi menjaga integritas negara, pasukan KKO (kini Marinir) semakin memperketat kawasan. Salah satunya melakukan patroli rutin di perairan perbatasan Riau dan Singapura. Celakanya para pasukan yang bertugas menemui kendala. Mesin kapal mereka mendadak rusak.
Prajurit K Suratno bersama tiga anggotanya; Wahadi, Riyono, dan Muhani sempat khawatir. Mereka terombang-ambing di tengah lautan. Malangnya, arus air membawa para Marinir ke arah Singapura. Arkian mereka mendayung melawan arus menjauh dari batas teritori Singapura.
Saat itu, malam sangat gelap. Tidak seperti biasanya. Tidak ada sumber cahaya yang dapat mereka gunakan. Hanya sinar remang-remang yang terpantul dari langit ke permukaan laut, yang menjadi penerang jalan. Mereka tak boleh menyerah. Dayung mesti tetap dikayuh.
Hal tersebut terang menyulitkan para Marinir mengindentifikasi kapal-kapal yang tengah berlayar. Termasuk ketika mereka salah memberhentikan kapal untuk dimintai tolong.
Matanasi dan Kurniawan dalam buku Hantu Laut; KKO-Marinir Indonesia menceritakan bahwa di antara gelapnya malam tersebut sebuah kapal melintas di depan kapal kecil yang ditumpangi Marinir.
Prajurit-prajurit muda itu sontak berhenti mendayung, dan segera merapat ke dinding kapal. "Namun, kapal yang mereka tempeli adalah kapal perang milik tentara Malaysia, bernama Sri Selangor."
Pasukan di kapal Sri Selangor berteriak memperkenalkan diri. Kemudian bertanya kepada Marinir tentang jati diri mereka. "Pasukan Marinir kaget bukan alang kepalang." Tapi mental ksatria tetap mereka tunjukkan. Teriakan balasan pun dilantangkan.
"Para anggota KKO menjelaskan tentang diri serta tujuan mereka sebenarnya, dan yang ingin pulang ke Indonesia," tulis Matanasi dan Kurniawan.
Kontan saja hal itu membuat para penumpang kapal Sri Selangor terperangah. Pasukan Malaysia menganggap ada "santapan lezat di depan mata".
Kapal kecil yang ditumpangi anggota KKO jelas merupakan sasaran empuk tembakan kapal tentara Malaysia. Tak lama kemudian sorotan lampu kapal yang terang dan tajam diarahkan ke perahu anggota KKO, pun diselingi perintah untuk menyerah.
Keadaan tersebut jelas tidak menguntungkan Marinir. Mau menyerah, tak mungkin. Sebagai seorang ksatria, mereka justru memilih perang. Tak peduli persenjataan kurang. Mereka menjawabnya dengan tembakan salvo ke arah kapal Sri Selangor.
Mendapat serangan dari anggota Marinir, tentara Malaysia terperangah. Mereka tak mengira nyali para Marinir begitu besar. Bahkan di atas standar manusia lainnya. Empat pasukan melawan satu kapal besar.
Kapal Sri Selangor kemudian menjauh. Kabur? Tidak. Mereka sedang membuat jarak tembak efektif. "Selanjutnya, Sri Selangor berusaha menerjang perahu yang ditumpangi para anggota KKO."
Dengan tangkas mereka segera meloncat ke laut sebelum ditabrak. Perahu pun terbalik. Kemudian dimanfaatkan oleh para prajurit untuk bersembunyi.
Sri Selangor lantas pergi meninggalkan mereka. Namun, nahas. "Prajurit K Suratno meninggal dan jasadnya tidak ditemukan oleh ketiga anggotanya yang berhasil selamat."