Eks Wakapolri Bongkar Gelagat Aneh Iptu Rudiana di Balik Pembunuhan Vina Cirebon, Inikah Motifnya?

Eks Wakapolri (kanan) dan Iptu Rudiana soal Vina Cirebon
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Oegroseno kembali membongkar sederet kejanggalan kasus pembunuhan Vina Cirebon. Salah satunya yang disorot adalah Iptu Rudiana ayah Eki. 

Dikutip dari tayangan Official INewsAda awalnya Oegroseno meyakini ada kejanggalan soal bukti rekaman CCTV yang tidak dibuka oleh penyidik. 

Ia menduga ada fakta yang sedang ditutupi dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eki pada tahun 2016 silam itu.

"Sesuatu yang diharapkan kasus ini tidak bisa terbuka secara jelas. Ini yang mungkin perlu diperiksa oleh propam, kenapa penyidik waktu itu tidak berusaha membuka dari CCTV," katanya disitat pada Senin, 15 Juli 2024. 

Eks Wakapolri itu menyebut, jika CCTV rusak seharusnya bisa dipanggil digital forensik untuk dilakukan pengecekan. 

"Mungkin rusaknya setelah kejadian atau rusaknya sebelum kejadian, kan bisa dicek, teknologi sekarang kan mudah. Jadi banyak menyangkut disiplin lain untuk bisa membantu pengungkapan ini," tuturnya.  

Terkait hal itu, menurut eks Wakapolri jenderal bintang tiga tersebut, dari awal yang perlu didalami adalah keterangan Iptu Rudiana, bapaknya Eki. 

"Kenapa dia berperan overaktif? Dia sebagai seorang polisi, anaknya jadi korban, dia tahu bagaimana administrasi penyidikan, dia tahu bagaimana manajemen penyidikan, dia tahu taktik teknis," jelasnya. 

Menurutnya, kesalahan dari awal adalah membuat laporan model B, yakni masyarakat datang ke polisi memberikan laporan. 

"Dia (Iptu Rudiana) sebagai seorang anggota polisi membuat laporan peristiwa tanggal 27 Agustus (dilaporkan) tanggal 31 (Agustus), ya kan kan aneh," terangnya. 

Seharusnya, lanjut Oegroseno pada tanggal 27 Agustus 2016 itu, yang membuat laporan adalah petugas yang ke tempat kejadian perkara atau TKP. 

"Apakah bapaknya Eki ini datang ke TKP? Kalau dia hanya melaporan pak anak saya enggak pulang-pulang, ya mungkin wajar," tuturnya. 

"Tapi kalau ditemukan di rumah sakit harusnya dia cek sama polisi setempat, eh ada laporan polisi enggak? Ini anak saya ditemukan di mana nih, oh saudara yang ke TKP," sambungnya.

Selain itu, menurut Oegroseno, orang yang harus diperiksa juga adalah polisi yang membuat berita acara pidana atau BAP.

"Ini polisi yang membuat laporan pertama berita acara TKP juga ini siapa? Ini enggak pernah muncul," tuturnya. 

Oegroseno menilai, Iptu Rudiana tidak bertindak secara profesional sebagai anggota Polri maupun seorang ayah.

"Dia melakukan hal-hal yang tidak profesional sebagai anggota Polri. Kalau dia tanggung jawab terhadap anak, terhadap institusi, dia (Iptu Rudiana) harusnya minta anaknya yang korban ini autopsi silakan," ujarnya.

Menurut Oegroseno itu adalah dasar untuk mengetahui penyebab kematian seseorang. Namun sayangnya hal tersebut tidak dilakukan.

"Jadi mati langsung dimakamkan, dua minggu kemudian baru dilakukan pembongkaran mayat, jenazahnya dimakam baru divisum atau diotopsi di situ," jelasnya.

Motif Pembunuhan

Lantas apa motif di balik pembunuhan sadis Vina Cirebon dan Eki ini? 

"Motif ini sebetulnya bisa dilakukan dengan analisa awal. Saya selalu melihat Apakah Eki ini menjadi target utama penganiayaan dan pembunuhan kemudian Vina terbawa di situ, atau Vina menjadi target?" tanya Oegroseno.

Ia mengatakan, ini harus bisa dibuktikan dulu, Eki terbawa di situ. 

"Jadi isu-isu pertama itu kan juga membinggungkan, ada percintaan ternyata enggak terbukti. Nah sebenarnya ada apa? Ini harusnya ditelusuri dari history atau record perjalanan dari mungkin apa orang tuanya Eki."

"Lalu Ekinnya sendiri bagaimana sekolahnya? Di mana ini menarik untuk dibuka secara tuntas dan jelas bukan hanya melihat saat TKP, tapi sebelum TKP terjadi juga perlu diselidiki. Nah ini kita akan bisa memberikan kepastian, oh motifnya seperti ini," sambungnya.

"Saya tidak berani mendahului, karena ya nanti ternyata berbeda kan. Saya punya pendapat sendiri, tapi saya enggak berani keluarkan, takutnya Pak Oegro kok kayak dukun gitu. Saya enggak berani, tapi analisa saya pasti tidak jauh dari situ, kira-kira gitu," timpalnya lagi.

Ada beberapa dugaan motif pembunuhan, mungkin bisa dikaitan dengan narkotika, geng motor, atau juga kenakalan remaja.

Tapi jika kenakalan remaja, kasusnya tidak mungkin sesadis ini.

"Karena ini terlalu sadis kalau dilihat pembunuhannya. Kalau dendam biasa karena cinta mungkin ditempeleng sekali selesai, enggak sampai dibunuh, sampai berdarah-darah seperti itu. Nah ini yang yang yang perlu didalami oleh tim lengkap, nanti kira-kira seperti itu," tegasnya.