Telusur Jejak Cikal Bakal Gerakan Buruh Indonesia
- http://deeinform.blogspot.co.id
Dampak dari cultuurstelsel, pada 1895 Indonesia telah memasuki zaman imperialis. Dalam zaman imperialis, kolonial Belanda tidak hanya memainkan rol sebagai agen, tetapi juga menjadi diktator dalam masalah upah.
Pada permulaan abad ke-20 di Indonesia muncul organisasi-organisasi yang menyiapkan diri untuk memperbaiki nasib buruh. Di antaranya ada Serikat Islam (SI) dan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Bersama buruh, tokoh-tokoh seperti Ketua SI HOS Tjokroamito, H Agus Salim, Semaoen, Bergsma, dan RM Soerjopranoto begitu gigih melawan penindasan kolonial Belanda.
Menurut Takeshi Shiraishi dalam Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912—1926 (1997) dan Parakitri T Simbolon dalam Menjadi Indonesia (1997), ISDV dan SI membentuk Persatoean Perserikatan Kaoem Boeroeh (PPKB). Semaoen ditunjuk sebagai ketua, Soerjopranoto wakil ketua, Bergsma bendahara, dan H Agus Salim menjadi sekretaris.
Federasi buruh bersama itu terbentuk pada 22 Desember 1919 di Yogyakarta. Mereka mengorganisasi kaum pekerja dalam federasi buruh yang terdiri dari 22 serikat buruh dan total buruh sebanyak 72.000 orang.
Untuk memasifkan gerakan, ISDV mengeluarkan surat kabar Het Vrije Woord. Tokoh-tokoh yang menjadi pengurus surat kabar tersebut ialah HJM Sneevliet, Bergsma, dan Adolf Baars. Pengaruh pun berdampak tidak hanya kepada buruh, tetapi juga dari pihak militer.