Mengurai Jejak Parpol Berhaluan Nasionalis, PNI Partai Pertama Sukarno
- Istimewa
Siap – Dalam menyambut Pilpres 2024, sejumlah partai politik di tanah air sibuk mengajukan akses sistem informasi partai politik kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebagian lagi getol menggalang kekuatan demi meraih dukungan pada Pemilu 2024 nanti.
Dalam sistem demokrasi, partai politik selalu menjadi saluran aspirasi dan wadah perjuangan masyarakat.
Tapi bagaimana cikal bakal partai politik di Indonesia khususnya partai-partai yang berhaluan nasionalis?
Pada 4 Juli 1927 lahirlah Persatuan Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Sukarno.
PNI merupakan organisasi pra kemerdekaan yang didirikan untuk mengekspresikan rasa nasionalisme Indonesia.
Atas dasar itu pula, pada tanggal tersebut di Bandung menjadi salah satu tonggak dasar kemajuan sistem politik modern dan kepartaian di Indonesia. Beberapa kalangan ilmuwan politik menyebutkan bahwa PNI merupakan partai politik tertua di Indonesia.
Kemudian pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan politik untuk kepulauan Indonesia.
Beberapa tokoh penting dalam Partai Nasional(PNI) adalah Ir. Sukarno, Soenario, Iskaq Tjokrohadisuryo, Sartono, Budiarto Martoatmojo, Samsi Sastrowidagdo dan Tjipto Mangunkusumo. Tokoh-tokoh inilah yang berkontribusi dalam pendirian PNI di Bandung, Jawa Barat.
Terkait tempat berdirinya, tidak terpisahkan dari keberadaan para mahasiswa dan tokoh pergerakan nasional yang mengenyam pendidikan di kota yang dijuluki Paris van Java tersebut.
Namun dalam proses pembentukannya, Dr. Tjipto Mangunkusumo sempat keberatan. Beliau menilai dengan mendirikan partai politik akan mengundang reaksi keras dari pemerintah kolonial Belanda. Terlebih dengan adanya peristiwa pemberontakan PKI setahun sebelumnya. Namun, Sukarno tetap menganggap Dr. Tjipto Mangunkusumo sebagai salah satu pendiri PNI.
PNI muncul sebagai pembawa semangat dan harapan bagi masyarakat Indonesia. Sebenarnya ada juga organisasi pergerakan nasional yang lain, namun aksi mereka dinilai masih kurang. Terlebih dengan popularitas Sukarno dan kemampuan orasinya, membuat PNI banyak mendapatkan perhatian masyarakat.
PNI pun dengan cepat mendapatkan massa berkat peran Ir. Sukarno yang tersohor dan kemampuan orasinya. Propaganda politik terus disebar oleh PNI, dan tentu saja hal ini menuai reaksi keras dari Belanda. Namun, tokoh-tokoh PNI tidak menghiraukannya.
Dalam pergerakannya, PNI memiliki trilogi yang berasal dari pemikiran Ir. Sukarno sebagai tumpuannya. Trilogi ini adalah kesadaran nasional, kemauan nasional serta perbuatan nasional.
Trilogi ini kemudian menjadi pedoman bagi PNI dalam mencapai tujuannya. PNI benar-benar serius dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Karena itulah, muncul asas yang dijadikan landasan dari pergerakan PNI. Asas tersebut meliputi tekad PNI untuk berjuang secara mandiri tanpa bantuan siapa pun, menolak bekerjasama dengan pemerintah Belanda dalam bentuk apapun dan bersikap antipati terhadap mereka.
Pada akhir Desember 1929, PNI memiliki sebanyak 10.000 anggota. Hal ini kemudian membuat para pihak berwenang merasa khawatir, sehingga Sukarno dan tujuh pemimpin partai lainnya ditangkap pada Desember 1929.
Mereka diadili karena dianggap mengancam ketertiban umum. Akibat permasalahan ini, PNI pun dibubarkan pada 25 April 1931.
Sampai akhirnya, pada 19 Agustus 1945, Sukarno yang baru saja dilantik menjadi presiden dalam rapat bersama PPKI mengusulkan untuk membentuk negara partai sebagai media bagi rakyat dalam mendukung pemerintah. PPKI kemudian mendirikan partai negara yang dinamai Partai Nasional Indonesia, diambil dari nama partai pra-perang Sukarno.
Beberapa tokoh seperti Sunaryo, Moh. Hatta, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Maskun Sumadiredja, Amir Sjarifuddin, Wilopo, Hardi Suwiryo, Ali Sastroamidjojo, Djuanda Kartawidjaja, Mohammad Isnaeni, Supeni, Sanusi Hardjadinata dan Sarmidi Mangunsarkoro termasuk dedengkotnya PNI yang memiliki andil besar selama perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Cita-cita PNI untuk memperoleh kemerdekaan bagi bangsa dan rakyat Indonesia terwujud berkat keberanian para tokohnya berjuang melawan Belanda sampai harus mendekam di penjara.
Kini meski PNI tidak lagi bertarung dalam kawah candradimuka perpolitikan Indonesia, namun semangat dan cita-citanya terus hidup dalam setiap aspirasi politik rakyat Indonesia.