Jejak Jembatan Berusia 200 Tahun Lebih dan Misteri Air Sumur Berbau di Cikambangan Depok

Jembatan Kuning, Citayam, Depok.
Sumber :
  • beritacitayam.blogspot.com

Siap – Sebuah jembatan berwarna kuning di Kampung Cikambangan, Kebun Duren, Kalimulya, Depok, Jawa Barat, itu masih terlihat kokoh. Konstruksi jembatan yang terbuat dari besi itu tak lapuk dimakan usia meski sudah lebih dari 200 tahun berdiri.

Pengendara motor lalu lalang di atas jembatan sepanjang 26 meter yang menghubungkan Kalimulya dengan Citayam itu.

Jembatan yang berdiri di atas Sungai Ciliwung ini memang menjadi jalur utama bagi warga yang melintas dari Kalimulya ke Citayam, Depok.

Sesepuh setempat, Haji Medan yang ditemui beberapa waktu lalu mengatakan, keberadaan jembatan kuning memiliki peran vital dalam lalu lintas warga sekitar.

"Dulu di tempat ini belum memiliki sarana transportasi air sehingga warga harus berjalan cukup jauh untuk mencapai ke seberang," kata Haji Medan.

Menurutnya, jembatan kuning dibangun di masa penjajahan Belanda. Bahan untuk membangun jembatan ini terbuat dari baja asli yang didatangkan dari Belanda.

Usianya, menurut pria yang hanya mengenakan kaus singlet, kopiah, dan sarung ini, diperkirakan sudah lebih dari 200 tahun.

Air Sumur Berbau 

Kampung Cikambangan mulai dikenal masyarakat luas. Mencuatnya nama kampung ini tak bisa dipisahkan dari cerita sumur yang mengeluarkan bau busuk.

Konon, air sumur tersebut dapat menyuburkan dan menumbuhkan rambut botak dengan cepat.

Kisah yang beredar dari mulut ke mulut, keberadaan sumur itu muncul dari bekas tongkat salah satu Wali Songo, Sunan Kalijaga yang ditancapkan.

Saat itu, Sunan Kalijaga hendak menunaikan ibadah salat, namun tidak menemukan sumber air untuk wudu.

Air sumur berkhasiat meski berbau busuk itu dengan cepat menyebar ke luar daerah hingga ke luar Jawa. Adapun penemuan sumur di pinggir Sungai Ciliwung itu pertama kali pada tahun 1948.

Menurut cerita yang diturunkan dari kakek Haji Medan, bau busuk dari air sumur itu bermula dari seorang perempuan yang mandi di sumber air tersebut. Setelah itu, aroma air sumur tersebut berubah menjadi busuk.

Versi lain menyebutkan, bau busuk berasal dari otak seorang jawara yang tewas kemudian ditanam di sumur tersebut.

Setelah itu, otak sang jawara berubah menjadi batu cadas berwarna putih. Peristiwa itu juga sempat membuat geger seisi kampung.

Alkisah, seorang warga yang penasaran mencoba memeriksa ke saluran air sumur. Namun, warga tersebut mendadak sakit.

Saat diobati, ia malah kerasukan. Pada saat kerasukan itulah, ia mengungkapkan jika air itu sangat bertuah.

Kata warga yang kerasukan, air ini bisa untuk menyuburkan rambut dan menghilangkan gatal-gatal.

"Memang (khasiat) itu sudah dibuktikan banyak warga. Siapa pun yang mandi dan keramas di sumur itu pasti memiliki rambut yang subur dan lebat. Sampai sekarang pun banyak warga yang mengambil air itu untuk mengobati rambut rontok dan gatal-gatal," katanya.

Hingga saat ini, warga Bekasi, Pulau Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi berdatangan melihat air ajaib itu.

Bahkan, pada pemerintahan Presiden Soeharto, lokasi itu sempat dipotret lewat udara dan dijadikan lokasi wisata di Jawa Barat.