Skandal Kontroversial: Jokowi Pamer Jari 2, Simbol Rahasia Terbongkar di Kuis Pancasila
- Istimewa
Siap –Presiden Joko Widodo meriahkan Perayaan Natal Nasional di Graha Bethany Nginden Surabaya.
Dalam acara tersebut, Presiden tak hanya membagikan sepeda, tetapi juga melemparkan pertanyaan menarik tentang Pancasila kepada hadirin yang antusias.
Salah satu momen mencolok adalah ketika Presiden Jokowi bertanya tentang sila dalam Pancasila kepada jemaat, namun dengan menariknya, ia tidak menunjukkan jari tangan 1 dan 3.
Gestur ini langsung menjadi sorotan netizen di media sosial.
"Ya ampun Pak Dhe, masa Pancasila aja dipolitisir segala? Ngga masalah kan mau keluarin jari 1 dan 3," komentar akun X @Trending_Issue.
Dalam sambutannya, Presiden mengajak umat Kristiani dan masyarakat Indonesia untuk memperkuat semangat bersikap moderat dalam beragama.
"Semangat ini harus terus kita pupuk, bersikap moderat dan meletakkan kepentingan kebangsaan sebagai bagian dari keimanan kita," ujar Presiden.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia harus terus memberikan contoh terkait keberagaman, yang merupakan hukum alam tak terhindarkan.
Perbedaan agama dan pandangan, menurutnya, adalah hal wajar dalam kehidupan modern saat ini.
“Tetapi pilihan untuk hidup rukun dan penuh kasih sayang adalah sebuah pilihan terbaik yang diajarkan oleh Tuhan kepada kita semua," ungkapnya.
Menyikapi tahun politik yang akan datang, Presiden mengajak untuk menjaga toleransi, persatuan, dan perdamaian.
"Kita dipersatukan oleh kepentingan yang lebih mulia, yaitu menjaga persatuan dan kesatuan, kepentingan kemanusiaan, serta bersama-sama memajukan negara Indonesia," lanjutnya.
Tidak lupa, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani di seluruh Indonesia, berharap terang cahaya, damai, dan kasih Natal dapat menuntun umat Kristiani kepada kemuliaan dan masa yang gemilang.
Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.