Menguak Kisah Presiden Depok Tempo Dulu
- kitlv.nl
Siap – Terik matahari yang nampak menyengat, terang membakar permukaan kulit badan.
Keringat yang mengucur deras, membasahi wajah beberapa penjaga Gemeente Bestuur (RS Harapan dulu Kantor Pemerintah Depok).
Gedung itu, tahun 1880 Masehi, merupakan pusat pemerintahan Depok dipimpin oleh seorang presiden (ketua) yang dipilih oleh "Kaum Depok" masa lampau.
Presiden Depok bertugas mengurus berbagai urusan negorij (negeri), dikenal dengan sebutan Reglement van het land Depok.
Presiden-presiden tersebut, kemudian hari mulai membuat badan kepengurusan pelengkap lainnya sejak tanggal 14 Januari 1913 yang terdiri dari presiden, sekretaris, seorang tenaga pembukuan ditambah dua orang komisaris.
"Mulai dilakukan pemilihan saat Jarong van Bali wafat," kata Wenri Wanhar kepada siap.viva.co.id beberapa hari lalu.
Wenri mengatakan, untuk nama-nama presiden yang pernah menjabat tidak semuanya tercatat.
Meski tersiar kabar di berbagai informasi ada lima orang, namun Wenri juga meyakini bisa lebih.
"Kalau yang tercatat, hanya empat nama saja. Tapi, bisa juga lebih. Mereka adalah Gerit Jonathans, Martinus Laurens, Leonardus Leander, dan Johannes Matijs Jonathans," katanya.
Selain itu, Wenri juga menjelaskan dengan adanya sistem pemerintah ketika dulu, Kaum Depok hidup dalam aturan dan kehidupan yang baik.
"Banyak ahli yang membantu. Misalnya untuk hukum ada Mr. Kleyn. Kehidupan jadi aman dan tertib, pada masa itu," katanya.
Sebutan Presiden Depok mungkin masih terlalu asing di telinga masyarakat luas, terlebih bagi sebagian warga Depok.
Adapun pemerintahan Depok itu sendiri, mulai digulirkan sejak tahun 1913 hingga 1952 dengan beberapa nama presiden yang merupakan keturunan dua belas marga Kaum Depok, yang dibuat oleh Cornelis Chastelein.
Berdasarkan pemerintahan itu pula, masyarakat Depok membangun sebuah peradaban dari sektor perekonomian, pertanian, dan keagamaan.
Namun sayang, kata Wenri, semua itu tinggal cerita. Layaknya RS Harapan yang tinggal kenangan.
"Sekarang terbengkalai, seperti tidak punya nilai historis," tandasnya.