Pakar Politik, Pilpres 2024 Hanya dengan 2 Poros, Nasib Anies Baswedan Terus Dipertanyakan
- Siap.Viva.co.id sumber. Instagram
Siap –Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, telah mengundang perhatian dengan pernyataannya mengenai kemungkinan Pilpres 2024 yang hanya diikuti oleh dua poros calon presiden.
Pernyataannya ini menjadi perdebatan hangat di kalangan pakar politik.
Beberapa pakar politik, seperti Anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini, berpendapat bahwa Pilpres 2024 sebaiknya diikuti oleh minimal tiga poros kekuatan.
"Dari sisi konfigurasi suara dan kursi, pasangan calon presiden bisa sampai empat pasangan calon. Hanya saja perkembangan dinamika politik hari ini mengarah pada tiga potensi bakal pasangan calon," kata Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini, dikutip Siap.Viva.co.id dari Detik.com Selasa 19 september 2023
Titi Anggraini menyatakan bahwa konfigurasi suara dan kursi memungkinkan hingga empat pasangan calon presiden, tetapi perkembangan dinamika politik saat ini mengarah pada tiga potensi pasangan calon.
Titi menyoroti masa pencalonan yang panjang dan terbatasnya waktu antara tahapan pemungutan suara yang dapat membuat kepastian pencalonan menjadi lambat dan penuh kontroversi.
Dia juga menekankan bahwa tiga pasangan calon dapat membuat isu-isu politik lebih merata tersebar daripada hanya dua pasangan calon, dengan merujuk pada pengalaman pemilihan sebelumnya.
Menurut Titi, partai politik juga harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan alternatif pilihan politik yang dapat membuat pemilu lebih dinamis dan mengurangi polarisasi.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menambahkan bahwa Pilpres dengan hanya dua poros bisa meningkatkan risiko polarisasi ekstrem, terutama terkait penyebaran informasi palsu dan disinformasi.
Adi mencatat bahwa Jazilul Fawaid tiba-tiba membicarakan kemungkinan dua poros, yang memunculkan dugaan bahwa poros Anies-Cak Imin atau AMIN mungkin tidak cukup kuat untuk bertahan di Pilpres 2024.
Dia juga menyoroti solidnya dukungan politik untuk poros Ganjar dan Prabowo.
Adi menjelaskan bahwa ada dua skenario terbentuknya dua poros, pertama, Ganjar dan Prabowo bersatu dalam satu duet kuat, yang meskipun sulit, tetapi bukan hal yang tidak mungkin.
Kedua, dua poros akan terjadi jika poros AMIN bubar, yang akan menyebabkan pertarungan antara Ganjar dan Prabowo.
Adi menekankan bahwa melihat tren publik, Pilpres 2024 dengan tiga poros politik mungkin diinginkan untuk memberikan masyarakat beragam pilihan calon presiden.
Jazilul Fawaid sendiri secara pribadi berpendapat bahwa Pilpres 2024 mungkin hanya akan diikuti oleh dua poros.
Dia merinci pertimbangannya, termasuk batasan waktu pendek untuk pendaftaran pilpres dan kebuntuan dalam penentuan calon yang sering kali sama.
Dia percaya bahwa tidak ada kesulitan dalam memutuskan hanya dua poros, tetapi tantangan terbesar adalah tidak ada poros ketiga.
Semua pandangan ini mencerminkan diskusi intens tentang kemungkinan konfigurasi Pilpres 2024 dan dampaknya terhadap politik di Indonesia. Kami akan terus memantau perkembangan ini.