Aktivis: Bahaya Penyebaran Paham Khilafah Pasca Dinamika Pilkada 2024

Aktivis kabupaten Ketapang Anton Hermawan
Sumber :
  • Ngadri/siap.viva.co.id

"Ideologi khilafah digelorakan oleh HTI, seolah mampu menjawab persoalan yang ada di Indonesia. Sama dengan ideologi lain pada umumnya, khilafah secara pemikiran tidak akan bisa benar-benar hilang. Taqiyuddin An-Nabhani sebagai penggagas ideologi ini memang sudah wafat, tapi pemikirannya masih bisa kita temukan dan bahkan mampu mempengaruhi generasi muda Indonesia," kata Anton melalui keterangan tertulisnya yang diterima Viva.co.id pada Rabu, 4 Desember 2024.

 

HTI sebagai suatu pergerakan juga memiliki proses penggalangan atau pendekatan terhadap lapisan masyarakat tertentu, khususnya generasi muda. Ini dilakukan untuk memastikan ideologi khilafah akan terus bertahan walau zaman berganti. Proses penggalangan ini biasanya diawali dengan mengemukakan narasi yang sedang trending sesuai dengan waktunya.

 

Misalnya, ketika nilai tukar rupiah menurun, HTI dan jaringannya akan melempar propaganda bahwa Indonesia gagal secara ekonomi. Ujungnya pun sudah bisa ditebak, mereka akan menjual khilafah sebagai solusi universal seluruh permasalahan Indonesia. Simplifikasi ini hanyalah gambaran semata, yang suka atau tidak, ternyata efektif menarik animo sebagian masyarakat untuk bergabung dengan perjuangan HTI.

 

"Mereka (HTI) memiliki konsep tafa'ul ma'al ummah yang berarti 'mendekatkan diri pada masyarakat'. Bahan interaksinya pun sebenarnya bisa dengan mudah kita temukan di internet. Mereka akan menyoroti citra atau isu negatif pemerintah Indonesia, lalu mengemasnya sebagai salah satu alasan kenapa sistem khilafah diperlukan," katanya.