Closing Statement Debat Pilkada, Chandra Beberkan Derita Warga Depok: Saya Sungguh Miris

Debat Pilkada Depok, Supian-Chandra sentil petahana
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Calon Wakil Wali Kota Depok nomor urut 02, Chandra Rahmansyah memberi pernyataan yang cukup menohok di akhir debat putaran kedua pilkada pada Kamis malam, 14 November 2024

"Ketika saya blusukan, saya berkeliling RW 28 di Abadi Jaya, saya bertemu Pak Solihin dan saat itu saya lihat banjir sedang menggenangi wilayah tersebut," katanya. 

"Beliau bilang, ini sudah bertahun-tahun pak, pemerintah-pemerintah sebelumnya, walikota-walikota sebelumnya yang datang ke kami cuma janji pak, akan mengatasi, nyatanya nggak diatasi-diatasi," sambungnya. 

"Kemudian setelah saya cek, ternyata ini masalahnya cuman ada sumbatan sampah disaluran air yang ada di Pasar Agung," timpal Chandra lagi. 

Selanjutnya, Chandra mengatakan, ketika dirinya blusukan ke Mekarjaya, ia juga sempat bertemu dengan Bekti yang memiliki seorang anak bernama Aditya, berusia 14 tahun. 

Anak itu berkebutuhan khusus, dan ironisnya tidak diterima bersekolah di SLB Negeri. 

"Sampai hari ini Aditya tidak bersekolah dan tidak ada bantuan sama sekali dari Pemerintah Kota Depok." 

Lebih lanjut, Tim Ahli Watimpres itu juga mengaku sempat bertemu dengan Wati yang memiliki anak bernama Budi. Saat ini putranya di rumah sakit jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor. 

"Dia korban dari bullyan di sekolah selama dua tahun, sehingga mengalami gangguan kejiwaan. Dia adalah perempuan kepala keluarga, sampai saat ini juga tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari Pemerintah Kota Depok," tuturnya. 

"Oleh karenanya apa? Kami akan pastikan, enggak perlu kartu-kartuan lagi, semua tinggal datang ke kelurahan, semua akan ada data, kita akan berikan semua bantuan sosial, bantuan sosial itu," ujarnya lagi. 

Bahkan mirisnya lagi, kata Chandra, ketika kubu petahana meragukan program kuliah gratis untuk anak Depok. 

"Tadi saya bilang semua anak Kota Depok harus bisa berkuliah, terus dibilang enggak ada anggaran. Padahal silpa kita kemarin, sisa anggaran enggak kepakai Rp288 milyar." 

"Bayangkan, kalau kita sekolahkan, kita kuliahkan semua, kita bekerja sama dengan universitas terbuka yang setahun cuman Rp3 juta satu semester, ada 23.000 lulusan. Anggaplah seluruh lulusan itu kita kuliahkan, hanya Rp 69 miliar," beber Chandra. 

"Tapi kenapa tadi dijawab tidak ada anggaran. Saya sungguh miris," tuturnya. 

Jadi, kata Chandra, apa yang mau dibanggakan kalau ada 15.000 anak tidak sekolah hari ini di Kota Depok. 

"Apa yang mau kita banggakan kalau di kota kita tidak ada madrasah aliyah negeri. Apa yang mau kita banggakan kalau madrasah tsanawsiyah negeri cuman satu," tegasnya.

"Apa yang mau kita banggakan kalau kota kita di labeli kota yang intoleran. Kota yang macet, dan apa yang mau kita banggakan kalau banjir terjadi lebih dari 100 titik," sambungnya.

"Lalu apalagi yang mau kita banggakan bila kemiskinan sejak 2006 hingga 2003 meningkat dari 35.000 orang menjadi 65.000 orang. Apa yang mau kita banggakan?" tanya alumni UI tersebut.

Apalagi, lanjut Chandra, jika dibandingkan sama Bekasi. 

"Pengangguran 72.000 orang, itu tuh manusia. Enggak bisa kita banggakan. Jadi apa yang mau kita banggakan? Pastinya perubahan adalah sebuah keharusan. Kita pastikan nomor 2 untuk perubahan di Kota Depok," pungkasnya.