Ini yang Jarang Diketahui Masyarakat tentang Bung Tomo
- Dok/Keluarga
Selain sebagai jurnalis, semangat perjuangan sebagai aktivis kemerdekaan masih membara di dalam dadanya. Pada tahun 1944, ia terpilih ia sebagai anggota Gerakan Rakyat Baru, dan pengurus Pemuda Republik Indonesia (PRI) di Surabaya. Patriotisme Bung Tomo mulai terlihat secara luas saat peristiwa 10 November 1945.
Ia menggelorakan rakyat Indonesia, khususnya yang berada di Surabaya, untuk melawan penjajah Inggris yang ingin merebut kembali Indonesia.
Bung Tomo berorasi lewat radio untuk membakar semangat rakyat untuk berjuang mempertahankan Indonesia. Peristiwa itu, 10 November 1945, kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan Nasional.
Lima tahun setelah kemerdekaan RI, Bung Tomo menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata, Menteri Sosial Ad Interim di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.
Karier Bung Tomo di panggung politik timbul tenggelam. Kadang mesra dengan penguasa, kadang bersebelahan. Pada awal-awal Orde Baru, 1978, ia ditahan oleh pemerintah karena kritikannya. Setahun kemudian, ia dibebaskan.
Setelah bebas, cita-cita politiknya masih menggebu, tapi Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.
Bung Tomo tak mau mengangkat-angkat perannya saat kemerdekaan. Ia lupakan dan berkonsentrasi untuk keluarga dan anak-anaknya. Ia pun berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.