Kisah Inspiratif Dibalik Berdirinya Sekolah Alam di Banyuwangi, Bisa Bayar Pakai Sayur dan Doa?

Potret ilustrasi Sekolah Alam
Potret ilustrasi Sekolah Alam
Sumber :
  • Istimewa

Sayur tersebut kata Fatid, kemudian diolah menjadi bahan makanan bagi santri di boarding school-nya atau bahkan digunakan untuk mendukung kebutuhan sekolah.

"Namun dulu waktu awal-awal berdiri sayur mayur itu saya gunakan untuk membayar upah guru, kerena dulu belum mampu menggaji," ungkapnya.

Sekolah ini bukan hanya unik dalam hal metode pembayaran, tetapi juga dalam kurikulumnya. Farid mengombinasikan kurikulum modern dengan pendekatan pesantren salafiyah.

Siswa tidak hanya belajar mata pelajaran umum tetapi juga Bahasa Arab, menghafal Al-Qur’an, serta mendapatkan penguasaan bahasa asing seperti Inggris, Jepang, dan Mandarin.

Dengan luas area 3.000 meter persegi di bawah Yayasan Bina Insan Islami miliknya, anak-anak pun dapat terlibat dalam kegiatan outbond sederhana yang menambah keseruan belajar.

Farid mengisahkan, inspirasi untuk mendirikan Sekolah Alam muncul saat melihat model pendidikan sejenis di kota besar yang hanya terjangkau oleh kalangan atas.

Oleh sebab itu, Ia Bersama sahabatnya Suyanto memutuskan untuk membawa konsep ini ke Banyuwangi dengan biaya yang lebih terjangkau bagi masyarakat sekitar, bahkan ada muridnya dari luar kota.