Lawan Stigma ODMK, Triana Rahmawati Bangun Griya Schizofren untuk Memanusiakan Manusia

Tria dkk bersama masyarakat Griya Schizofren
Sumber :
  • instagram/validnews

Siap – Di sebuah kota kecil di Surakarta, di balik hiruk-pikuk kehidupan modern, tersembunyi sebuah rumah yang berfungsi lebih dari sekadar tempat tinggal. Rumah ini dikenal sebagai Griya Schizofren, tempat yang didedikasikan untuk merangkul dan memulihkan Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). 

Di balik inisiatif ini, berdiri seorang perempuan bernama Triana Rahmawati bersama dua temannya: Febrianti Dwi Lestari dan Yuni Wulandari, memiliki visi besar untuk memanusiakan mereka yang terpinggirkan oleh penyakit mental.

Perjalanan Tria dkk dimulai dari kepekaannya terhadap penderitaan orang lain. Tumbuh di lingkungan yang sering mengabaikan orang dengan gangguan mental, dia menyadari betapa besar stigma yang melekat pada ODMK.

Orang-orang ini sering diabaikan, dikucilkan, bahkan dianggap sebagai "masalah" oleh masyarakat. Keadaan inilah yang menggerakkan Triana untuk menciptakan perubahan nyata.

Awal Mula Griya Schizofren: Langkah Pertama Menggapai Harapan

Ilustrasi Griya Schizofren

Photo :
  • Instagram/griyaschizofren

Pada tahun 2012, dengan keberanian dan hati yang penuh cinta, Tria dkk memulai langkah awalnya dengan mendatangi dari panti ke panti. Sayang, gayung tak bersambut.

Arkian, Griya PMI Peduli milik PMI Kota Surakata menyambut niat baik Tria. Griya PMI yang berlokasi di Kelurahan Mojosongo ini menjadi saksi hidup Tria dkk untuk menjalankan misi sosialnya.

Dengan adanya Griya Schizofren, dia menjadikannya sebagai tempat di mana kasih sayang dan perawatan menjadi prioritas yang telantar hidup di jalan, dititipkan keluarga atau yang terjaring razia Satpol PP.

Griya Schizofren tidak hanya menawarkan tempat tinggal bagi mereka yang terlupakan, tetapi juga program pemulihan yang komprehensif. Dengan bantuan psikolog dan tenaga medis, Tria menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan mental dan fisik penghuni.

Mereka diberikan terapi, pelatihan keterampilan, serta dukungan moral yang memungkinkan mereka untuk menemukan kembali makna hidup.

Dalam setiap langkahnya, Tria memegang teguh prinsip "memanusiakan manusia". Baginya, setiap orang—tak peduli kondisi mental mereka—berhak untuk diperlakukan dengan martabat dan cinta. 

Prinsip inilah yang menjadi fondasi dari Griya Schizofren, tempat di mana stigma dipatahkan dan orang-orang dengan gangguan mental dapat memulihkan diri tanpa merasa terasingkan.

Tantangan yang Menghadang: Antara Stigma dan Realita

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Tria harus menghadapi tantangan besar dari masyarakat sekitar. Masyarakat masih dipenuhi prasangka negatif terhadap ODMK, menganggap mereka sebagai ancaman. 

Ada warga yang menolak keberadaan Griya Schizofren, bahkan beberapa kali menimbulkan protes. Banyak orang yang tidak mengerti bahwa ODMK bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan mereka adalah manusia yang membutuhkan bantuan.

Stigma inilah yang menjadi penghalang utama bagi Tria dkk dalam menjalankan misinya. Namun, hal itu tidak membuatnya gentar. 

Kegiatan di Griya Schizofren

Photo :
  • Instagram/griyaschizofren

Sebaliknya, dia semakin terdorong untuk membuktikan bahwa setiap orang dapat disembuhkan jika diberikan kesempatan dan lingkungan yang tepat. Dalam setiap penolakan yang dia terima, Triana menemukan kekuatan baru untuk terus melangkah maju.

Selain tantangan sosial, ada pula masalah finansial yang kerap menghantui operasional Griya Schizofren. Dengan minimnya dukungan dari pihak luar, Tria dan kedua temannya itu sering kali harus merogoh kantong sendiri untuk mempertahankan keberlangsungan rumah ini. 

Bantuan dari donatur memang ada, namun sering kali tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan harian. Namun, di balik semua kesulitan itu, Triana tetap percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan bagi mereka yang berbuat kebaikan.

Kisah Inspiratif dari Griya Schizofren: Cahaya di Tengah Kegelapan

Di balik kisah perjuangan ini, ada cerita-cerita kecil yang menghangatkan hati. Salah satu kisah yang paling menginspirasi adalah tentang Ibu Sri (nama samaran), seorang ibu yang hidup dengan gangguan mental berat selama bertahun-tahun. 

Setelah masuk ke Griya Schizofren, dia perlahan-lahan mulai menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Dulu, Ibu Sri selalu menyendiri dan tak pernah berbicara. Namun setelah beberapa bulan, dia mulai membuka diri dan bahkan terlibat dalam kegiatan kelompok yang diadakan di rumah tersebut.

Bukan hanya Ibu Sri, tapi banyak penghuni lain yang menemukan harapan baru di Griya Schizofren. Beberapa dari mereka bahkan berhasil pulih dan kembali ke kehidupan normal.  

Ada yang kembali bekerja, ada yang berhasil menjalankan usaha kecil-kecilan, dan ada pula yang berani untuk berdiri di hadapan publik, menceritakan kisah pemulihan mereka.

"Melihat mereka tersenyum dan memiliki harapan lagi, itulah yang membuat saya terus berjalan," kata Tria seperti dikutip siap.viva.co.id, Kamis, 24 Oktober 2024.

Bagi Tria, setiap kisah pemulihan adalah hadiah yang tak ternilai. Ini adalah bukti bahwa misi yang dia jalani tidak sia-sia.

Visi Masa Depan: Membangun Jembatan Harapan di Seluruh Indonesia

Meski banyak yang sudah dicapai, Tria masih memiliki impian yang lebih besar. Dia berharap dapat memperluas jaringan Griya Schizofren ke berbagai daerah di Indonesia. Baginya, masalah kesehatan mental bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab masyarakat.

Kegiatan di Griya Schizofren

Photo :
  • Instagram/griyaschizofren

Ia berharap dapat melihat hari di mana stigma terhadap ODMK benar-benar hilang dari masyarakat, dan setiap orang yang membutuhkan perawatan dapat menerimanya tanpa merasa malu atau takut.

Tria juga ingin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, baik di tingkat masyarakat maupun pemerintah.

Ia yakin bahwa dengan perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak, masalah kesehatan mental dapat ditangani dengan lebih baik di masa depan.

Asa Sempat Pudar, SIA 2017 Bawa Bara Semangat

Pada tahun 2017 Tria hampir menyerah lantaran tak banyak perubahan terjadi. Padahal ikhtiar perempuan kelahiran Palembang, 15 Juli 1992 ini telah dilirik beberapa media sebagai contoh gerakan sosial yang menginspirasi.

"Tahun 2017, kami sudah masuk ke pemberitaan di beberapa media, tapi kok malah stuack, tidak ada hasil yang kelihatan," kata Tria seperti dikutip tribunnews.com.

Arkian sang suami memberikan semangat bagi Tria dengan cara mendaftarkan dirinya pada apresiasi Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) 2017.

Tak ayal, Tria mengaku selama proses penjurian SIA 2017 dirinya justru mendapatkan semangat baru, ada sedikit bara yang membakar dirinya untuk terus bergerak.

"Apa yang dirasakan adalah kendala yang bikin kami berkembang itu bukan pertanda buruk. Semua adalah perjalanan," katanya.

Selang beberapa waktu, Tria tak menyangka bahwa ia menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 Bidang Kesehatan.

"Menjadi bagian dari SATU Indonesia Awards ini sungguh bukan karena aku lagi semangat atau pesimis. Tapi aku benar-benar lagi down buat ngelanjutin komunitas Griya Schizofren. Terima kasih Astra melalui Program SATU Indonesia Awards-nya. Astra menjadi bagian napas kebaikan yang jauh lebih panjang," tulis Tria pada akun Instragram pribadinya seperti dikutip.

Pahlawan Tanpa Lelah dan Pamrih

Triana Rahmawati adalah contoh nyata bahwa satu orang dapat membuat perubahan besar dalam kehidupan banyak orang. Melalui Griya Schizofren, dia telah membuka pintu harapan bagi mereka yang selama ini terjebak dalam kegelapan. 

Dengan cinta, kesabaran, dan keteguhan hati, Triana telah memberikan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan mental untuk menemukan kembali diri mereka.

Griya Schizofren adalah lebih dari sekadar rumah—ini adalah simbol harapan, tempat di mana cinta dan pemahaman dapat menyembuhkan luka terdalam. Dan di balik semua itu, ada seorang wanita luar biasa yang bernama Triana Rahmawati, yang dengan tanpa pamrih memberikan segalanya untuk orang-orang yang paling membutuhkan.