Pada babak pertama, Indonesia tampil cukup percaya diri.
Namun, gawang Garuda Pertiwi justru lebih dulu kebobolan melalui gol Su Yu Hsuan yang memanfaatkan kelengahan lini belakang.
Taiwan unggul 1-0 saat turun minum, tetapi sorotan utama justru mengarah ke keputusan wasit yang menganulir tendangan Rosdilah Siti.
Bola yang terlihat sudah melewati garis gawang sempat disapu keluar oleh bek Taiwan, namun tidak dianggap gol oleh perangkat pertandingan.
Timnas Putri memulai babak kedua dengan semangat tinggi.
Saat laga baru berjalan dua menit, Helsya Maeisyaroh sukses menyamakan skor menjadi 1-1.
Gol bermula dari umpan terobosan yang membuat Helsya berlari cepat menembus pertahanan Taiwan.
Kiper Wang Yu Ting mencoba menyapu bola.
Namun, gagal.
Helsya dengan mudah menceploskan bola ke gawang kosong.
Setelah kedudukan imbang, tempo pertandingan meningkat.
Indonesia tampil lebih agresif untuk memburu gol kedua, tetapi Taiwan juga tidak tinggal diam.
Serangan balik cepat Taiwan menghasilkan gol kedua melalui kaki pemain pengganti, Liu Yiu Chiao.
Lewat tembakan keras dari luar kotak penalti, bola bersarang di pojok kanan gawang tanpa bisa dijangkau kiper Iris Joska De Rouw.
Timnas Putri berupaya keras menyamakan kedudukan di sisa waktu.
Namun, solidnya pertahanan Taiwan dan kurang tajamnya penyelesaian akhir membuat skor 2-1 tetap bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Kekalahan ini memastikan Indonesia gagal melaju ke putaran final Piala Asia Wanita 2026.
Hasil ini tentu menjadi evaluasi penting bagi perkembangan sepak bola wanita di Tanah Air.
Selain faktor teknis, keputusan wasit yang kontroversial juga menyoroti pentingnya teknologi seperti VAR dalam laga penting tingkat internasional.
Timnas Putri Indonesia mungkin gagal kali ini, namun semangat mereka untuk bersaing di level Asia patut diapresiasi dan terus didukung.