Madam Pang Diguncang Skandal Perselingkuhan Klub Thailand, Begini Kondisinya
- Istimewa
Siap – Rumah tangga sepak bola Thailand tengah diterpa isu tak sedap. Nualphan Lamsam alias Madam Pang dikabarkan tengah menhadapi badai perselungkuhan sejumlah klub. Kok bisa? Berikut ulasannya.
Dilansir dari kanal YouTube Starting Eleven, rumah tangga sepak bola Thailand berada di ujung tanduk.
Presiden Federasi Sepak Bola Thailand (FAT), Nualphan Lamsam atau yang juga dikenal sebagai Madam Pang, harus menghadapi percikaan-percikan api perselingkuhan yang muncul dari dalam sepak bola Thailand itu sendiri.
Bagaimana api itu muncul dan apa yang sebenarnya terjadi di sepak bola Thailand?
Mungkinkah perempuan yang kita kenal dengan nama Madam Pang itu sanggup mengembalikan sepak bola Thailand ke relnya?
Gejolak tercium ketika sejumlah perwakilan klub berkumpul di ruang rapat Stadion BG markas Pathum United yang berlokasi di Thanyaburi, Pathum Thani, Thailand.
Selidik punya selidik, pertemuan itu dihadiri oleh 15 perwakilan klub dari Thailand.
Hanya satu perwakilan yang tidak hadir yakni Nakhon Ratchasima FC. Jelas pertemuan itu terjadi bukan atas persetujuan FA Thailand.
Pertemuan itu juga tidak akan membahas siapa yang akan menggantikan Wakil Presiden jika beneran dimakzulkan.
Namun rencana untuk memisahkan diri dari federasi sepak bola Thailand ini sendiri merupakan pertemuan lanjutan setelah pertemuan pertama pada 5 Mei lalu.
Tak dinyana 11 klub dari 15 yang hadir sepakat memisahkan diri dari federasi. Hanya Port FC dan Rayong FC yang tidak memberikan suara.
Sedangkan Muang Thong United dan True Bangkok United memilih absen.
Yang jadi pertanyaan, mengapa 11 klub memilih keluar dari federasi?
Persoalan demi persoalan di sepak bola Thailand datang seperti badai di musim dingin.
Jika melihat jauh lebih ke dalam, ada luka besar yang menganga. Klub-klub Thailand sepertinya mulai habis kesabaran pada federasi.
Mereka menganggap FA Thailand memonopoli sumber pendapatan dari kompetisi-kompetisi di dalam negeri.
Klub-klub merasa FA Thailand yang mengelola hak siar dan aliran pendapatan lainnya tidak memberi pendapatan yang cukup pada klub.
Apalagi setelah situasi tawaran hak siar lesu belakangan ini.
Atas dasar itu, klub ingin lepas dari FA Thailand sehingga mereka bisa mengelola sendiri pendapatan hak.
Selain itu, dengan memisahkan diri dari FA Thailand, klub-klub bisa memiliki kontrol langsung atas operasi komersial.
Mereka juga yakin dengan memisahkan diri pendapatan ke klub bisa lebih banyak.
Ide tersebut memang kelihatan sangat visioner, lebih visioner dari rencana AI masuk kurikulum.
Klub-klub Thailand jadi terlihat keren dan modern seperti tim-tim dari Premier League yang suka protes. Tapi akan selalu ada titik lemah dari sebuah ide.
Sebuah celah yang itu sendiri tak mungkin disadari oleh mereka yang mengusulkan ide tersebut.
Celah seperti apakah itu? Mari membedahnya pelan-pelan.
Sebagaimana di Indonesia maupun di negara-negara elit sepak bola seperti Inggris, Italia, hingga Spanyol, dan Jerman, kompetisi domestik tidak sepenuhnya dikelola oleh federasi.
Ada perusahaan ketiga yang mengelola itu. Thailand pun sama.
Operator Liga Thailand adalah Thai League Company yang asal kamu tahu didirikan oleh Somyot Poompanmoung.
Orang ini adalah mantan aparat yang pernah tersarat berbagai kasus, dan dia pernah menjadi presiden federasi sepak bola Thailand.
Lantas kenapa rencana 11 klub memisahkan diri dari FA Thailand adalah ide yang buruk?
Yang perlu digaris bawahi pemisahan yang dimaksud di sini bukan literally berpisah, tapi perkara pembagian sahamnya saja.
Sederhananya adalah 11 klub tadinya ingin mengurangi kadar saham FA Thailand yang sebelumnya 99 persen di Thail Company menjadi 30 persen saja.
Jadi klub yang akan menjadi pemegang saham mayoritas bukan federasi.
Hal ini tak jauh berbeda dari klub-klub Premier League yang menjadi pemilih saham mayoritas di perusahaan yang dikelola Richard Mosers itu.
Jika federasi hanya mendapat bagian 30 persen mereka tidak bisa mengambil keputusan.
Klub bisa membuat keputusan sendiri tanpa perlu mendapat persetujuan dari federasi.
Kalau membaca laporan media Thailand, Taipe PBS, pemisahan ini nantinya akan membuat FA Thailand hanya akan mengelola Liga 2 dan Liga 3.
Jika begitu, mereka akan kesulitan mencari pendanaan.
Sebab selama ini Telik One yang menarik sponsor. Andai sponsor tak kunjung masuk, uang dukungan menurun atau bahkan tersendat.
Buntutnya perputaran uang dalam semusim akan terganggu. Efek lainnya apa? Ekonomi FA Thailand makin kelimpungan.
Kok bisa? Iya, karena FA Thailand kini hidup berkubang hutang.
Mereka sekarang masih berusaha untuk keluar dari ceratan hutang senilai ratusan miliar kepada Siam Sport Syndicate.
Usulan itu sudah naik ke dewan direksi termasuk sampai pula ke meja Madam Pang.
Apa yang dilakukan Madam Pang?
Presiden FA Thailand itu menolak usulan tersebut.
Ia juga membantah pertemuan di BG Stadium adalah untuk klub-klab membelot dari FA Thailand.
Menurut Madam Pang, pertemuan itu hanya membahas kelanjutan hak siar.
Sebagaimana laporan Kausot, Nuelvan Lamsam menyebut berita bahwa klub-klub Thailand untuk berpisah dari FA Thailand adalah berita bohong.
Mampang berpendapat bahwa jika Taikuan dikelola oleh perusahaan yang didirikan oleh klub-klub di sana, tidak jelas bagaimana sistem dan modelnya.
Sementara terkait tuduhan federasi memonopoli pendapatan, Pang memastikan itu tidak terjadi. Pihaknya sama sekali tidak mengambil uang.
Sebaliknya, FA Thailand telah membayar uang dukungan ke setiap liga tepat waktu.
Bahkan nih, Pang akan memberikan 100 persen jaminan dana kepada tim di Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 Thailand.
Di tengah krisis finansial dan jeratan hutang, Pang juga memastikan setiap liga mendapat jata hak siar masing-masing.
Liga 1 Thailand senilai 15 juta bat, Liga 2 memperoleh 4 juta bat, dan Thail League akan mendapatkan 1,25 juta bat.
Kata Pang, ini dilakukan demi membawa Liga Thailand ke puncak.
Nah yang cukup aneh di sini, pang berdali pemisahan pengelolaan liga oleh klub-klub dari Liga 1 Thailand adalah rencana yang modelnya tidak jelas.
Tapi justru ide ini berasal darinya. Gagasan ini bukan baru-baru ini saja muncul loh, melainkan sudah ada sejak 2023.
Madam Pang adalah salah satu penggagasnya saat itu.
Madam Pang yang menjadi pemilik Thai Port FC bersama Newin Chidchob pemilik Buriram United dan Pavin Bhirombhakdi selaku Presiden BG Pathum United mengusulkan ide tersebut ketika Liga Thailand tak kunjung mendapatkan hak siar.
Akan tetapi sebagaimana dikutip MGR online, rencana ini ditangguhkan setelah Nualphan Lamsam menjadi presiden federasi sepak bola Thailand.
Well, cukup rumit bukan yang terjadi di sepak bola Thailand? Rasanya ini lebih rumit dan kacau daripada sepak bola Indonesia.