Panglima Perang Pasti Punya Tato Ini, Berikut Makna Rajah Suku Dayak
- 1001indonesia.net
Siap – Tato bagi suku Dayak bukan cuma bentuk kesenian rajah tubuh semata, tetapi memiliki makna yang sangat khusus dalam perjalanan hidup masing-masing anggota suku.
Mulai dari proses pendewasaan hingga menggambarkan status sosial mereka di tengah-tengah masyarakat.
Teknik menggambar tato memang hampir sama di setiap daerah. Adapun yang membedakan hanyalah nilai-nilai budaya yang dipercaya.
Suku Dayak memiliki definisi tersendiri mengenai seni menggambar tato di kulit manusia.
Lalu apa yang membuat seni tato Dayak begitu unik, berikut penjelasannya.
1. Simbol Pengakuan Suku
Seni tato Dayak memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan suku penghuni pulau Kalimantan.
Mereka menggunakan tato sebagai penanda atau simbol tertentu seperti status sosial, keberuntungan, kedewasaan, kecantikan dan harga diri, dan yang paling utama adalah simbol keberanian.
Ditulis laman lembaga kebudayaan ywcan.org, anggota suku Dayak untuk merantau dan menjelajahi pedalaman Kalimantan diperlukan keahlian serta keberanian yang besar.
Maka tak heran, jika semakin banyak seseorang memiliki tato di tubuhnya, semakin dipandang pula dia di suku karena keberaniannya.
2. Motif dan Titik Tato Tak Sembarang
Motif tato Dayak banyak mengambil inspirasi dari alam seperti motif hewan dan tumbuhan. Masing-masing gambar seperti harimau, buaya, naga, burung enggang, katak, api, bunga terong atau cabang pohon memiliki pemaknaan tersendiri.
Unsur binatang bisanya menggambarkan keberanian, sedangkan tumbuhan menunjukkan kebijakaan atau kematangan pemilik tato.
Bagian tubuh yang dipilih untuk dirajah juga tidak dilakukan asal-asalan. Mereka yang ditato di jari-jari tangan merupakan tanda si pemilik sudah banyak berjasa besar bagi suku, atau suka menolong sesamanya.
Contoh lain gambar tato muka harimau yang dirajah di bagian paha menunjukkan status sosial yang tinggi di dalam kelompok, bisa berarti kepala suku, panglima perang, atau orang yang dituakan.
3. Tak Lekang Dimakan Zaman
Teknik merajah tato suku Dayak termasuk yang masih asli tradisional hingga saat ini, belum tersentuh peralatan modern.
Mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti duri pohon jeruk, arang damar, upih pinang, bambu, hingga kayu ulin.
Meskipun kini sudah mulai mengenal jarum tato, tetapi mereka masih tetap mempertahankan penggunaan bahan-bahan alami sebagai tintanya.
Tradisi lainnya yang tetap terjaga ialah jika seorang anggota suku baru saja ditato, maka akan dilarang keluar rumah untuk menjaga nasib buruk yang bisa menimpanya.
Pemilik tato baru dianggap sedang memasuki masa transisi yang rentan.
Mereka biasa harus dipingit di dalam rumah mulai dari sepekan hingga sebulan lamanya, tergantung proses penyembuhan bekas luka tato di tubuhnya.