Istana Konyol Guru Besar Difitnah Partisan Rocky Gerung Ungkap Fakta Mengejutkan!

Potret Rocky Gerung
Sumber :
  • Istimewa

SiapPengamat Politik Rocky Gerung, melancarkan kritikan tajam terhadap respons istana terhadap kritik dari para guru besar seluruh kampus di Indonesia. 

Heboh Kontroversi Gelar Doktor Sang Menteri, Deolipa Singgung Dugaan Gratifikasi Pejabat UI

 

 

Penampakan Mesin 'Ajaib' di Dalam Pabrik Uang Palsu UIN Makassar, Ini Kesaksian Mahasiswa

Dalam kanal YouTube resminya, Rocky Gerung menyebut istana melakukan orkestrasi untuk menanggapi gelombang akal sehat dari kalangan kampus.

 

Jokowi dan Keluarga Dipecat PDIP, Rocky Gerung: Akhirnya Telur Pecah, Mega Siap......

"Orkestrasi ini jelas disiapkan untuk membantah gelombang akal sehat yang datang dari kampus-kampus. Guru besar dari UGM, UI, dan kampus lainnya mengkritik kebijakan pemerintahan, namun istana malah menuduh mereka sebagai partisan," kata Rocky Gerung.

 

Rocky Gerung juga menyoroti pernyataan istana yang menyebut kritik dari kampus sebagai bagian dari permainan narasi elektoral. 

Menurutnya, hal tersebut merupakan tanda keburukan dalam kultur elektoral di Indonesia. 

"Konyol jika istana menganggap ini hanya sekadar permainan narasi elektoral. Ini terkait dengan keburukan kultur elektoral kita," tambahnya.

Dalam pandangan Rocky Gerung, kritik dari guru besar merupakan ekspresi dari kekecewaan terhadap keadaan politik dan kultur elektoral yang memburuk. 

Ia juga menyoroti reaksi beberapa universitas, termasuk UGM, UI, UII, Unhas, UNPAD, UNAD yang mendukung tuntutan mahasiswa terkait demokrasi dan penolakan terhadap kebijakan pemerintah.

Rocky Gerung mengkritik keras tindakan istana yang mencoba meremehkan tuntutan mahasiswa.

 "Kampus-kampus, seperti UGM dan UI, menunjukkan sikap independen mereka. Mereka tidak hanya terkait dengan politik praktis, tetapi lebih pada mengucapkan pikiran yang menyakitkan, bahwa Jokowi adalah alumnus yang paling memalukan," ujarnya.

"Kampus-kampus seperti UGM dan UI menunjukkan sikap independen, mengucapkan pikiran yang menyakitkan, bahwa Jokowi adalah alumnus yang paling memalukan. Ini bukan hanya narasi elektoral, tapi juga kritik terhadap kultur elektoral yang semakin memburuk di Indonesia."