Gempa Terus Terjadi di Selatan Jawa, Begini Penjelasan Ahli Geologi
- Istimewa
Siap – Gempa Pangandaran yang terjadi, Rabu, 27 Desember 2023, semakin menambah daftar panjang kejadian gempa di selatan Jawa.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pesisir selatan Pulau Jawa merupakan zona rawan gempa dan tsunami.
Atas dasar ini masyarakat diimbau untuk melakukan mitigasi gempa dan tsunami.
Hal dimaksudkan mengurangi risiko kerusakan dan meminimalisasi jumlah korban jika bencana itu terjadi.
Beberapa waktu lalu, Kepala BMKG mengungkapkan potensi tsunami setinggi 28 meter mengintai pesisir selatan Jawa.
Dalam peringatan itu, BMKG mengimbau masyarakat bersiap dengan skenario terburuk.
Bukan hanya itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi(PVMBG) menyebut pesisir selatan Jawa rawan tsunami karena berhadapan dengan subduksi Sunda.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
1. Endapan Tsunami Selatan Jawa
Berdasarkan kajian PVMBG, endapan tsunami itu berada di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Mulai dari pantai Pangandaran, Tasikmalaya, Purworejo, Gunung Kidul, dan Pacitan.
Pesisir selatan Jawa juga termasuk zona risiko kegempaan yang besar. Hal ini dipengaruhi posisinya yang berhadapan dengan laut lepas.
Oleh karena itu masyarakat diimbau untuk lebih peka melihat kondisi alam.
Kearifan lokal yang selama ini dipercaya masyarakat dapat membantu mengatasi risiko buruk bencana besar.
2. Gempa Disebabkan oleh Gerakan Lempeng
Fenomena gempa yang sering terjadi di pesisir selatan Jawa menurut pakar Geologi UGM Dr Gayatri Indah Marliyani berpusat dari dalam lempeng yang menunjam.
Jika dilihat dari lokasi kedalamannya, gempa pesisir selatan Jawa bersumber dari lempeng yang menunjam.
Lempeng itu masih menjadi bagian dari sistem subduksi di selatan Jawa.
Gempa yang berkekuatan 5-6,2 M memiliki pergerakan menurun.
Oleh karena itu, guncangan yang ditimbulkan merupakan respon dari batuan terhadap gaya tarikan lempeng samudera yang bergerak ke bawah.
Gempa yang ditimbulkan oleh gerakan ke bawah itu biasanya dapat dirasakan dengan cakupan wilayah yang luas.
Apalagi pusat gempa berada di tempat yang cukup dalam dengan daerah bertekanan besar dan bersuhu cukup tinggi.
Cekungan muka busur di selatan Pacitan, Jawa Timur secara drastis menyempit dibandingkan dengan cekungan di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain itu, banyak dijumpai morfologi tonjolan dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi daerah ini.
Adanya tonjolan-tonjolan itu menjadi ganjalan dalam proses subduksi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan.
Energi yang tertahan itu kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai dengan peristiwa gempa bumi.
3. Potensi Kekuatan Gempa Berkurang
Di tengah aktivitas kegempaan yang intens di selatan Jawa ada harapan baik bagi pola mitigasi bencana ke depannya.
Peneliti kegempaan dan pakar geologi ini menyatakan seringnya terjadi gempa berskala kecil di kisaran 5-6 SR sebenarnya bisa menjadi pertanda baik.
Pasalnya energi yang tertahan itu dilepaskan secara bertahap. Namun, asumsi itu harus diteliti lebih lanjut.
Untuk mengetahui berapa sebenarnya energi yang masih disimpan dan sudah dilepaskan, harus terus dilakukan penelitian secara saksama dan terus menerus.
Di samping itu, masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap memperhatikan arahan mitigasi bencana dari pihak-pihak yang berwewenang.