Video AI Bertema Neraka Picu Kecaman Netizen dan Tokoh Agama di Indonesia-Malaysia
- Istimewa
Siap – Sebuah video yang dihasilkan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) memicu kontroversi luas di media sosial. Video berjudul "Hari Pertama di Neraka" itu menggambarkan neraka sebagai tempat menyenangkan, dengan narasi humoris dari para karakternya.
Video berdurasi pendek ini beredar luas di TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts, terutama di kalangan pengguna di Indonesia dan Malaysia. Suasana neraka digambarkan dengan latar merah menyala, kolam lava, serta karakter-karakter yang tampak bahagia dan bersenda gurau.
Salah satu tokoh dalam video tersebut mengatakan, “Hari pertama di neraka guys, bareng teman lama gw, ternyata masuk neraka juga.”
Dalam potongan lainnya, karakter menyebut kolam lava sebagai “kolam rebus dosa” dan menyebut suhunya hanya “3.000 derajat, anget-anget kuku lah ya.”
Penggunaan bahasa Indonesia dan Sunda dalam video itu mengindikasikan bahwa pembuat konten kemungkinan berasal dari Indonesia. Namun hingga kini, identitas pembuat video belum diketahui.
Konten tersebut menuai reaksi keras dari warganet. Banyak yang menilai bahwa video tersebut tidak menghormati nilai-nilai keagamaan dan mempermainkan konsep azab neraka. Salah satu pengguna TikTok @Ummukareem_ menulis, “Di neraka boro-boro pegang HP, mau taubat pun sudah tidak bisa.”
Komentar serupa datang dari akun @Insan_Biasa479 yang menulis, “Innalillahi... Beraninya manusia mengolok-olok neraka.”
Pengusaha Indonesia, Okta Wirawan, juga menanggapi video ini saat menjalani ibadah haji. Ia mengingatkan bahwa para sahabat Nabi pun takut saat mendengar ayat-ayat tentang neraka.
“Ini bukan soal lucu atau tidak, ini soal hati yang tak lagi gemetar akan azab Allah,” ujarnya lewat akun TikTok @oktawirawan05.
Kecaman juga datang dari ulama Malaysia, Ustaz Azhar Idrus. Dalam sebuah ceramah yang diunggah ke YouTube, ia menilai bahwa jika pembuat video adalah seorang Muslim, maka tindakan tersebut bisa tergolong murtad karena dianggap meremehkan ancaman Allah.
Kontroversi ini menimbulkan diskusi lebih luas tentang batas etika dalam penggunaan teknologi AI, terutama saat menyentuh tema keagamaan. Di tengah kemajuan teknologi, penting bagi para pembuat konten untuk tetap menghormati nilai-nilai spiritual dan keyakinan umat beragama.