Ratusan Bonsai Adu Gaya di K3D Depok, Ada yang Seharga Moge
- siap.viva.co.id
Siap – Sejumlah seniman bonsai unjuk kebolehan di Komunitas Kampung Kita Depok (K3D). Salah satunya karya yang ditampilkan bahkan nilainya setara dengan harga motor besar atau moge.
Adapun ratusan tanaman hias mini itu dihadirkan dalam ajang kontes dan pameran bonsai kecil di K3D Jalan Margonda, Depok pada Minggu 4 Mei 2025.
Juri Nasional Pameran Bonsai, Gunardi mengatakan, tujuan menyelenggarakan event pameran ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat di sini dan kemudian juga untuk membuat kegiatan di sini ini menjadi sentra bonsai di Depok.
"Karena kita di sini (K3D) sebetulnya sudah cukup lama, mulai dari 2014, sebelumnya juga sudah ada kawan-kawan yang disini. Dulu kita berkegiatan cukup rutin dan tapi ketika Covid kita agak terputus," katanya.
Tujuan kontes inilah, lanjut Gunardi, mengembalikan lagi energi positif dari kegiatan-kegiatan yang agak terputus itu.
"Nah, kita mengambil momentum kebetulan masih dalam bulan ulang tahun Kota Depok, kita ikut memeriahkan dan merayakan, kita mengambil pameran," jelasnya.
Gunardi menjelaskan, bonsai itu sebenarnya esensinya ada yang dari kecil sampai gede. Beberapa di komunitas-komunitas, dulu bonsai kecil itu agak tidak terspesifikasikan.
"Sebetulnya banyak sekali orang-orang yang ingin mempunyai bonsai, tetapi ada keterbatasan. Karena pemula-pemula kalau disajikan pada yang gede, rogoh kantongnya terlalu berat," terangnya.
Salah satunya, kata Gunardi adalah jenis Bunjin.
"Bunjin itu salah satu gaya bonsai yang unik yang untuk ini, itu kalau di pamer-pamer biasanya ya tidak dispesifikan. Nah kita disini membuat spesifik karena akan mengembangkan itu sebagai alternatif desain bonsai yang muncul," ujarnya
Gunardi menerangkan, bahwa ada beberapa kriteria bonsai yang dianggap unggul di mata dewan juri.
"Satu, tentunya wajib memenuhi kriteria-kriteria yang mencerminkan, atau menggambarkan pohon tua besar di alam dalam skala kecil," tuturnya.
Gunardi mengatakan, pohon yang di alam itu kan tumbuhnya bermacam-macam. Ada yang hidup di dataran rendah, pegununan dan sebagainya.
"Nah kriterianya kalau katakanlah seseorang mendesain pohon yang tumbuh di tanah lapang dengan subur, nah disitu kriteria-kriteria itu akan muncul," ucap dia.
Semisal, pohon yang tumbuh di tanah lapang.
"Untuk dia bisa dikatakan tua itu biasanya akarnya itu sudah mulai muncul kepermukaan dan kokoh," katanya.
"Kemudian tajuk-tajuknya rindang. Nah itu divisualkan dalam desain," sambung dia.
"Sedangkan pohon-pohon yang tumbuh di dataran bebatuan agak gersang untuk tuanya dia tidak sesubur itu, nah itu desainnya berbeda," timpalnya lagi.
Selain itu, dewan juri juga melihat style yang di ambil oleh si seniman bonsai.
"Nah kita menilainya berdasarkan style, karena setiap style yang diambil berbeda kita menilainya juga berbeda. Prinsipnya adalah menilai, menyesuaikan dengan style yang dipilih gitu," jelasnya.
Bonsai Seharga Moge
Gunardi mengungkapkan, ada beberapa jenis bonsai yang diperlombakan.
"Paling kecil Sito, itu ukuran sampai 10 cm. Kemudian Mame itu di atas 10-15 cm. Kemudian Small itu di atas 15-30 cm, dan spesialnya Bunjin, itu pohon-pohon ramping yang tinggi-tinggi," imbuhnya.
Gunardi menyebut, harga bonsai ini bervariasi tergantung tingkat kerumitan dan keindahannya.
"Oh harganya relatif, yang kecil itu mungkin kalau orang yang belum punya penuntun bisa harga Rp 500 ribu. Tapi ada yang kecil itu harga Rp 150 juta ditawar dia belum dikeluarkan, itu pohon kecil itu usianya sudah 17 tahun," katanya.
Bonsai seharga moge yang ditawar sekira Rp 150 juta itu adalah jenis Antri Putri dengan ukuran Mame (di atas 10-15 cm).
Pembina K3D Pakde Bowo (kiri) pamer Antri Putri
- siap.viva.co.id
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina K3D Sungowo Pudjodinomo atau yang akrab disapa Pakde Bowo mengatakan, para peserta yang hadir ini berasal dari sejumlah daerah.
Di antaranya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Jawa Timur dan Bali.
"Ini sekira 300 (bonsai) yang dipamerkan, artinya bahwa ini cukup bergairah kembali teman-teman," katanya.
Pakde Bowo berharap, Pemkot Depok khususnya dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) bersama Disporyata bisa terus berkolaborasi dengan K3D untuk kelestarian alam dan upaya mendongkrak pariwisata.