Kisah Rumah Koran yang Membuka Cakrawala Anak Petani di Kanreapia Sulsel

Potret Rumah Koran
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Niat tulus Jamaluddin membangun Rumah Koran di Desa Kanreapia, Kecamatan, Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan untuk menarik minat membaca alias gerakan literasi untuk petani akhirnya berbuah manis.

Kuda Besi Mansetus Kalimantan Balawala Bangun Transportasi Demi Kesehatan di Larantuka

Pasalnya, Rumah Koran yang merupakan bagunan bekas kandang bebek dan ditempeli oleh lembaran koran itu menghantarkan Jamaluddin mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards dari Astra tahun 2017 untuk bidang pendidikan.

Tak hanya itu, melalui Rumah Koran, Jamaluddin juga mengembangkan sekolah alam untuk anak-anak. Kelompok pemuda juga diajarkan organisasi dan pemanfaatan media sosial untuk promosi berbagai hasil pertanian.

Jalan Terjal dan Berliku Risna Hasanudin Bebaskan Perempuan Arfak dari Buta Aksara

Meski telah mendapat penghargaan, Jamaluddin hingga saat ini masih fokus dalam mengembangkan program Rumah Koran dan berharap kelak bisa memiliki Mobil Perpustakaan. Rumah Koran sendiri berawal dari ide yang sederhana.

Sepulang dari studi pascasarjana di Universitas Muslim Makassar tahun 2014, Jamaluddin bertekad berbuat sesuatu untuk desanya. Tingkat pendidikan yang rendah dan pernikahan dini yang tinggi adalah masalah utama.

Kisah Inspiratif Jamaluddin: Menyulam Harapan di Tengah Keterbatasan

Meski secara ekonomi berkecukupan, namun sebagian besar orang tua enggan menyekolahkan anak-anaknya.

Desa Kanreapia berada di kaki gunung Bawakareng yang berudara dingin, dikenal sebagai daerah dataran tinggi di Kabupaten Gowa, penghasil beragam macam sayuran.

Sebagian besar warga merupakan petani sayuran. Sebagai rumah baca, Rumah Koran lebih banyak mengajak warga untuk membaca koran.

Jamaluddin beralasan dengan adanya bacaan koran, warga desanya bisa mengenal dunia luar dengan baik.

Termasuk belajar tentang metode pertanian mutakhir. “Ini juga sebuah strategi bagaimana warga mau membaca.

Di dinding-dinding ditempeli artikel-artikel menarik. Mereka awalnya hanya tertarik huruf-huruf, lalu tertarik melihat lebih dekat dan akhirnya mau membaca.

"Ini tidak seperti memberi mereka bacaan berupa buku yang mungkin akan terasa berat,” kata Jamaluddin seperti dilansir monggabay.

Melalui Rumah Koran, Jamaluddin membuat program yang disebut Gerakan Cerdas Anak Petani.

Tujuannya bagaimana menanamkan minat baca untuk anak-anak, belajar berorganisasi dan memanfaatkan media sosial untuk hal positif bagi petani muda, serta membangun kesadaran petani tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

“Kenapa harus ada tiga peserta didik? Karena kalau cuma anak petani yang kami dampingi, bisa saja terhambat dari orang tuanya. Kita memberikan penyadaran kepada orang tua pentingnya pendidikan,” ujarnya.

"Kenapa harus ada tiga peserta didik? Karena kalau cuma anak petani yang kami dampingi, bisa saja terhambat dari orang tuanya. Kita memberikan penyadaran kepada orang tua pentingnya pendidikan,” katanya

Pembelajaran untuk kelompok anak-anak ini cukup unik dan beragam.

Selain mengajari anak-anak membaca dan menilai sebuah berita, mereka juga belajar di alam.

Di hari minggu, mereka berkumpul belajar bersama-sama di bantaran sungai, gunung atau kebun-kebun.

Salah satu pembelajaran yang cukup unik adalah anak-anak tersebut mengumpulkan batu-batu di sungai lalu menghitungnya dan mencatat lokasi pengambilannya. Di akhir kegiatan mereka memaparkan temuannya masing-masing.

“Selain mengajari mereka menghitung dan melakukan observasi, mereka juga diajarkan kejujuran. Mereka hanya menyampaikan apa yang ditemukan di lapangan,” ungkap Jamaluddin.

Untuk pemuda diajarkan bagaimana memperkuat kelembagaan di desa, belajar tentang organisasi.

Salah satunya bagaimana kelompok tani bisa berdaya, dan menjadi penggerak di lingkungannya.

“Mereka foto selfie di kebun dengan hasil panennya lalu disebar di media sosial masing-masing dan di grup. Ini semacam media promosi dan komunikasi dengan calon pembeli.” tuturnya.

Pemanfaatan media sosial melalui Facebook dan Instagram ini ternyata cukup efektif.

Para pembeli bisa mengetahui ketersediaan produk dan harga, dan melihat secara visual produk tersebut.

Transaksi bahkan bisa dilakukan pada saat itu juga, atau dilanjutkan melalui komunikasi Whatsapp.

Kegiatan ini bisa membangun rasa bangga para pemuda desa menjadi petani.

“Kadang ada yang malu mengaku sebagai petani, tetapi Rumah Koran hadir menanamkan kebanggaan kepada mereka bahwa menjadi petani di masa muda adalah kesempatan bisnis. Membuat kita mandiri secara ekonomi.”pungkasnya.