Kisah Inspiratif Amilia Agustin, Si Ratu Sampah dari Bandung

Amilia Agustin si ratu sampah dari Bandung
Sumber :
  • Dok Amilia Agustin

Siap – Bagi kebanyakan orang, sampah adalah masalah yang harus disingkirkan. Alhasil, tumpukan limbah itu pun menjadi persoalan serius. Namun itu tak berlaku bagi Amilia Agustin.

Wow! Dalam 3 Hari Transaksi UMKM di KKJ-PKJB Rp 3,56 M, Penyaluran Kredit Tembus Puluhan Miliar

Yup, wanita kelahiran Bandung, 20 April 1996 ini justru menjadikan sampah sebagai berkah. Ditangannya, limbah tersebut justru bisa disulap menjadi pundi-pundi rupiah. Kok bisa? Simak ulasan berikut.

Ide mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomis itu dilakukan Amilia Agustin sejak dirinya masih duduk di bangku SMA.

Rekomendasi 5 Warung Bakso Sapi Enak dan Murah di Depok, Yuk Cicipi!

Kala itu, ia prihatin dengan tumpukan sampah di lingkungan sekolahnya. Menurut dia, merawat lingkungan tidak hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa.

“Semua bisa asalkan kreatif dan konsisten,” katanya.

Diluar Prediksi, Berkas Perkara Pegi Setiawan Bakal Dikembalikan ke Polda Jabar Gegara Belum Lengkap

Nah, berawal dari kegelisahannya itulah, Amilia Agustin kemudian terdorong untuk membentuk komunitas pengelola sampah berbasis sekolah lewat program bertajuk Go To Zero Waste School.

Usut punya usut, wanita lulusan SMA Negeri 11 Bandung, Jawa Barat, ini rupanya aktif di berbagai kegiatan.

Di antaranya, Kelompok Ilmiah Remaja, Matematika Club, Komunitas Sahabat Kota, Balad Kuring, Kebunku, serta Archipelago.

Anak sulung dari keluarganya itu juga aktif mengampanyekan pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Adapun komunitas Go To Zero Wsate School itu muncul dari obrolan Amilia bersama beberapa teman pada 2008 silam.

Dari diskusi singkat itu, ia lantas mengajukan proposal program Karya Ilmiah Remaja “Go To Zero Waste School” ke Program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia.

Program tersebut diinisiasi pada tahun 2005 untuk membuka peluang bagi kaum muda usia 12-25 tahun, agar dapat mempraktekkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship.

Tujuannya, menciptakan pemimpin di masa datang yang mampu membuat perubahan. Usahanya pun tak sia-sia.

Proposal proyek “Go To Zero Waste School” dengan biaya operasional Rp 2,5 juta akhirnya disetujui.

Tanpa banyak basa basi, Amilia pun langsung bergerak, menggarap proyek pengelolaan sampah ini terbagi dalam empat bidang, yaitu untuk sampah anorganic, organic, tetra pak, dan kertas.

Kala itu, ia juga menggandeng sekolah lain dan membina 4 sekolah negeri, yakni SMP Alfacentaury, SMP Negeri 48, SMP Negeri 40, dan SMP Negeri 50 dalam mengelola sampah.

Tak hanya itu saja, berkat Amilia ibu-ibu rumah tangga tetangga sekolah juga bisa mendapat tambahan penghasilan dari hasil penjualan tas limbah kain perca.

Kini, Amilia tidak hanya memfokuskan pada proses pengelolaan sampah saja, namun ia juga membuka peluang bagi generasi muda untuk mengembangkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship. 

Berkat kegigihannya itu, pada tahun 2010 Amilia berhasil mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional.