Klarifikasi Erick Thohir Terkait Opini Liar Pemain Naturalisasi
- pssi.org
Siap – Muncul berbagai anggapan miring soal maraknya pemain naturalisasi di timnas Indonesia. Hal ini membuat Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir, berang.
Sebelumnya beberapa pihak mengatakan bahwa pemain naturalisasi berbondong-bondong datang bukan semata-mata karena mememiliki darah Indonesia.
Disebutkan bahwa para pemain naturalisasi membela timnas karena uang. Isu yang beredar menyebutkan ada yang dibayar perlaga dengan angka fantastis, ada pula yang dijanjikan fasilitas ini itu.
Tidak mau isu semakin liar beredar dan memunculkan opini-opini yang menyesatkan, Erick Thohir melakukan klarifikasi. Dengan tegas ia membantah.
Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN mencontohkan Justin Hubner dan Nathan Tjoe-A-On ketika membela timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23.
“Justin mendarat langsung main, Nathan datang langsung main. Artinya apa? Tidak ada pemaksaan. Mereka langsung main dengan risiko cedera tapi mereka mau membela merah putih,” ketum PSSI menegaskan.
“Itu yang kita harapkan. Silakan cek, para pemain yang ada di timnas ini ya jangan ada stigma bayaran. Bahwa mereka semua mau membela merah putih,” ia menambahkan.
Lebih lanjut, Erick menantang untuk siapa pun yang tak percaya dengan ucapannya. Ia mempersilakan semua orang melihat administrasi PSSI terkait benar tidaknya ada dana yang dikeluarkan untuk pemain naturalisasi.
“Bisa disaksikan di administrasi PSSI tidak ada bayaran apa pun, semua transparan semua ingin membela Indonesia,” singgungnya.
Dalam kesempatan yang sama ketum PSSI membuka peluang untuk menaturalisasi kiper Inter Milan, Emil Audero Mulyadi. Seperti diketahui, Audero dalam perbincangan hangat beberapa pekan terakhir.
Ini tak lepas dari penampakan bendera Indonesia di profil Instagram Audero. Suporter langsung bereaksi dan berharap sang kiper main untuk Merah-Putih.
Erick Thohir rupanya bergerak cepat untuk mewujudkan harapan suporter. Ia langsung terbang ke italia untuk bertemu Emil Audero Mulyadi.
Akan tetapi ia belum memastikan apa-apa. “Seperti Emil, kami masih terbuka tapi tentu kami tidak mau memaksakan,” kata Erick.