Selamat Tinggal, SMAN 5 Surabaya Sudah Tak Gunakan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Tapi ...
- Istimewa
Siap – Rencananya kurikulum pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas akan dihapuskan dari jurusan IPA, IPS dan Bahasa tetapi masih mengalami kendala sudah dari 3 tahun terakhir menurut Waka Kurikulum SMAN 5 Surabaya Ari Damari.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan meniadakan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Peniadaan ini menjadi bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka.
Ternyata SMAN 5 Surabaya telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023. Siswa kelas X masih mendapatkan semua mata pelajaran (Mapel), lalu kelas XI dan XII sudah tidak ada penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
Waka Kurikulum SMAN 5 Surabaya Ari Damari mengatakan pada penerapan Kurikulum Merdeka yang telah dijalankan pada tahun ketiga ini juga mengalami kendala.
Seperti siswa yang asal memilih mata pelajaran pilihan atau ikut-ikutan teman dan tanpa mempertimbangkan pada masa depannya saat mau mendaftar ke perguruan tinggi.
"Kendalanya dengan anak itu bebas milih sak karepe dewe (semaunya sendiri). Itu juga ada efek jeleknya juga ke perguruan tinggi yang harusnya linier," kata Ari pada Kamis 18 Juli 2024.
Mengetahui kendala itu, pihak sekolah memberikan pengarahan kepada siswa sejak kelas X melihat dari minat dan bakatnya. Siswa pun diwanti-wanti tidak salah pilih mata pelajaran.
"Makanya ada namanya kelompok-kelompok mapel. Contohnya kalau di perguruan tinggi teknik itu dibutuhkan matematika dan fisika, akhirnya kami arahkan,”
“beri penjelasan kalau ingin ke teknik arahnya harus pilih fisika dan matematika pilihan lanjut, keduanya apa, kan gitu," tegasnya.
Ari mengatakan bahwa tidak hanya itu saja kendala yang dihadapi. Kendala lainnya terjadi pada anak dan orang tua yang memiliki perbedaan dalam hal pemilihan mata pelajaran.
Jika mendapati kendala seperti ini, bagian Bimbingan Konseling (BK) yang bakal membantu dengan memanggil wali murid.
Agar nantinya tidak ada penyesalan ketika sudah memilih dan menjalani mapel yang dipilih.
"Kadang-kadang itu siswa ingin A tapi orang tua ingin B, padahal kemampuannya A. Itu di ranah BK ada penyelesaian. Kalau psikotes (mengarah) IPA tapi ngotot IPS,”
“terus orang tuanya ngotot jurusan IPA, ternyata rapornya cenderung mapel IPS nya yang tinggi, ini kan harus ada pertemuan. Ada itu," bebernya.
Sedangkan Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya Sukirin Wikanto menyatakan bahwa saat siswa diterima PPDB di SMAN 5 terdapat tes diagnostik atau psikotes.
"Hubungannya dengan mapel pilihan, kami sudah kenalkan kurikulum di SMAN 5. Anak-anak berlomba-lomba mau kemana dan pilih apa. Sudah diframe dari awal," ucap Sukirin.
Sukirin juga menyadari jika terkadang ada perbedaan pilihan antara anak dengan orang tua. Tetapi, tidak semua anak yang berbeda pilihan memiliki nilai akademik buruk pada mapel yang tidak ingin diambil.
"Kadang ada nilai IPA nya bagus tapi bisa masuk ke lainnya. Tapi orang tuanya pengen IPA dan anaknya pengen arah IPS. Kemauan anak dan orang tua kadang beda, itu menjadi kendala," ucapnya.
Salah satu siswa SMAN 5 Surabaya kelas XII, Dianty Hanum mengatakan, jika telah merasakan Kurikulum Merdeka pada awal menjadi siswa karena masuk pada tahun ajaran 2022/2023.
Ia mengaku jika tidak ada kendala dan justru memudahkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Ga ada kendala. Disuruh milih bebas, lebih enak buat kita masuk kuliah lebih gampng, karena dari awal belajar sesuai minat kita. Mulai mapel pilihan kelas XI, kelas X masih belajar semua umum. Sejauh ini orang tua percaya sama pilihan anaknya," ucap Dianty.