Kisah Mencengangkan di Balik Sukolilo Pati Jawa Tengah
- Istimewa
Siap – Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah sedang menjadi sorotan publik. Itu lantaran kasus penganiyaan yang berujung tewasnya bos rental mobil, belum lama ini.
Peristiwa itu lantas dikaitkan dengan isu liar yang menyebut kawasan Sukolilo, Pati sebagai kampung bandit.
Nah terlepas dari tudingan miring tersebut, Sukolilo ternyata menyimpan kisah atau mitos yang cukup mencengangkan loh. Penasaran seperti apa ceritanya? Yuk simak ulasan berikut ini.
Dikutip dari tayangan YouTube MasJumez Sukolilo merupakan wilayah yang berada di Kabupaten Pati.
Kawasan itu diapit dua kabupaten lainnya, yakni Kabupaten Kudus dan satunya lagi adalah Kabupaten Grobogan.
Kata Sukolilo berasal dari dua suku kata, yang pertama adalah suko artinya itu senang, dan lulo yang artinya ikhlas, dengan harapan masyarakat Sukolilo memiliki budi pekerti senang, ikhlas, saling menolong dan senang memberi.
Namun demikian, soal sejarah nama Sukolilo sendiri belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi, Desa Sukolilo sering dihubungkan dengan legenda Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan.
Di mana bermula dalam babad Tanah Jawi diceritakan, setelah mengalahkan Adipati Jipang yaitu Arya Penangsang pada tahun 1549.
Kemudian Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah berupa tanah Mataram pada tahun 1556.
Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah berupa tanah Mataram dan juga pati. Ki Pemanahan yang merasa lebih tua mengalah memilih Mataram yang masih berupa hutan lebat.
Sedangkan Ki Pejawi mendapatkan daerah Pati yang sudah ramai berwujud kota. Mataram adalah bekas kerajaan kuno yang runtuh pada tahun 1929.
Seiring berjalannya waktu, daerah ini semakin sepi sampai akhirnya tertutup hutan lebat. Masyarakat menyebut hutan itu dengan sebutan Alas Mentaok.
Pada acara pelantikannya, Sunan Krapen cucu sunan Giri meramalkan kelak di daerah Mataram akan berdiri sebuah kerajaan yang lebih besar.
Ramalan itu membuat Hadiwijaya resah sehingga penyerahan Alas Mentaok kepada Ki Pemanahan ditunda-tunda sampai tahun 1556.
Sesudah membuka Desa Mataram, kemudian Ki Ageng Pemanahan mencari kakak seperguruannya yaitu Ki Ageng Giring.
Setelah sampai Ki Ageng pemanahan dijamu oleh Nyai Ageng Giring, istri Ki Ageng Giring.
Singkat cerita, Ki Ageng Pemanahan diberi jamuan, yaitu berupa air kelapa oleh Nyai Ageng Giring.
Dalam sekali teguk Ki Pemahanan menghabiskan air kelapa itu karena saking hausnya.
Saat mengetahui hal tersebut Ki Ageng Giring pun marah kepada sang isrti. Itu lantaran ternyata air kelapa yang diminum oleh Ki Ageng Pemanahan memiliki sebuah petuah.
Niscaya siapapun yang meminum air kelapa tersebut akan melahirkan raja-raja di tanah Jawa.
Ki Ageng Giring lantas meminta kepada Ki Ageng Pemanahan agar kelak merelakan anak Ki Ageng Giring menjadi raja pada keturunan ketiga.
Mendengar permintaan tersebut, Ki Ageng Pemanahan menolak dan melanjutkan negosiasi, hingga menghasilkan kesepakatan kelak pada keturunan ke-7 lah menjadi raja di tanah Jawa.