Mengenal Lebih Dalam Megengan, Tradisi Masyarakat Jawa Sambut Ramadan
- viva.co.id
Siap – Tak terasa bulan suci Ramadan akan tiba sebentar lagi. Sudah lazim setiap daerah memiliki tradisi dalam rangka menyambut awal bulan puasa, salah satunya megengan.
Megengan merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi tersebut kerap disebut ritual mapag atau menjemput awal puasa. Megengan biasanya dilakukan pada pekan terakhir bulan Syaban menjelang Ramadan.
Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan, yang dimaksudkan menahan diri dari sekarang, untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Megengan mengandung filosofi untuk menahan segala hal yang membatalkan ibadah puasa. Seperti halnya makan dan minum, serta hal lain yang membatalkan puasa.
Megengan juga berarti keselamatan agar tetap terjaga dengan baik menghadapi bulan Ramadan.
Adapun sejumlah kegiatan yang biasanya dilakukan pada tradisi megengan.
Pertama yakni mandi keramas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mensucikan diri dalam menghadapi datangnya bulan Ramadan.
Kegiatan kedua yaitu ziarah ke makam leluhur. Kegiatan ini maksdunya untuk mendoakan, serta memohon ampun pada Tuhan atas dosa mereka, atau mengingatkan diri sendiri bahwa lewat mereka kita ada di dunia ini.
Selanjutnya, kegiatan ketiga yakni berdoa bersama dengan membagikan kue apem. Kegiatan ini merupakan ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tak langsung kepada para tetangga.
Mengapa apem? Karena apem berasal dari kata adalah afwum yang artinya meminta maaf.
Maksudnya agar kita saling memaafkan serta memohon ampun pada Tuhan Yang Maha Esa.
Biasanya, acara mgengan ditandai dengan selamatan yang diadakan di masjid, mushola atau langgar wilayah setempat.
Pada selamatan tersebut, terdapat berbagai menu makanan dan jajanan digabung menjadi satu, kemudian dipimpin pemuka agama, lalu didoakan untuk keselamatan serta kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa.
Megengan juga sarat akan makna. Ada nilai yang bisa dipetik dari bebasnya orang mengambil nasi selamatan milik orang lain.
Seperti halnya setiap umat Islam adalah sama dan punya hak untuk mengambil rezekinya.
Di saat nasi selamatan itu dikumpulkan menjadi satu, memberikan filosofi bahwa rezeki itu milik siapa saja, setiap orang yang hadir bisa mengambil nasi selamatan yang diinginkannya.
Bila kamu memberikan nasi selamatan yang terbaik, maka Tuhan Yang Maha Esa pun akan memberikan rezeki yang baik pula.
Makna selanjutnya yakni keikhlasan yang harus dimiliki setiap orang.
Ketika kamu menaruh nasi selamatan dengan menu dengan menu terbaik, maka kamu harus ikhlas bahwa menu tersebut bukan milikmu lagi dalam artian kamu sudah ikhlas memberikan yang terbaik untuk orang lain.
Dalam hal ini tentunya dibutuhkan rasa ikhlas ketika kamu menyajikan menu nasi selamatan tersebut.
Makna yang ketiga yakni kebersamaan. Makan ini merupakan sebuah budaya yang tak bisa dinilai dengan uang.
Proses pengumpulan nasi selamatan, merupakan implementasi kerjasama bagi setiap orang.
Hal itu menjadi pertanda bahwa Islam merupakan rahmatan lil alamin, yang artinya rahmat bagi setiap orang.
Karena itu, kebersamaan dibutuhkna untuk menciptakan demokrasi yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Singkat kata, megengang adalah upacara yang sarat makna.
Sebuah kearifan lokal yang tetap dipertahankan esksistensinya di sejumlah daerah. Sedikit informasi, setiap orang bisa turut serta di acara budaya tersebut, untuk menyambut bulan suci Ramadan.