3 Tempat Pesugihan di Tanah Jawa, Nomor 2 Auto Mesum

Ilustrasi praktik pesugihan
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube PERMONI CHANNEL

Siap – Sebagian masyarakat Indonesia hingga kini masih percaya dengan pesugihan. Praktik gaib yang berkaitan dengan hal mistis tersebut konon dianggap mampu memperkaya seseorang dengan cara instan. 

Terkait hal tersebut, rupanya ada loh tiga tempat pesugihan yang cukup fenomenal di tanah Jawa. Seperti apa ulasannya? 

Sebagaimana diketahui, Indonesia memang dikenal dengan berbagai macam ritual berbau mistis. Salah satunya yang hingga kini masih dipecaya sebagian orang adalah pesugihan. 

Ritual itu diyakini sebagai jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan. Namun, mereka yang ingin melakukannya harus memenuhi syarat agar berhasil. 

Biasanya ritual ini dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat, dan tak jarang meminta tumbal sebagai syarat utamanya.

Dikutip dari tayangan YouTube PERMONI CHANNEL, berikut adalah tiga tempat yang dikenal sebagai lokasi pesugihan di tanah Jawa. 

1. Gunung Kawi

Berlokasi di antara Kota Batu dan kabupaten Malang Jawa Timur, Gunung ini juga cukup terkenal karena kerap dijadikan sebagai tempat pesugihan. 

Bahkan yang datang tidak hanya dari Indonesia, namun juga dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Myanmar. 

Syarat yang digunakan dalam ritual pesugihan di tempat ini yaitu menggunakan tumbal dari anggota keluarganya sendiri.

2. Gunung Kemukus

Gunung Kemukus terletak di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Konon, kawasan tersebut dikenal sebagai salah satu tempat pesugihan. 

Syarat yang harus dipenuhi agar ritual berjalan dengan lancar yakni berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan pasangan suami istri selama 7 hari berturut-turut. 

Menurut legenda, ritual ini diangkat dari kisah hubungan gelap Pangeran Samudra dengan selir ayahnya.

3. Pantai Parangtritis

Selain gunung, ternyata pantai juga dijadikan tempat pesugihan. Konon, pantai ini menghubungkan antara Kerajaan Jogja dengan Kerajaan Nyi Roro Kidul. 

Sebagian percaya, ritual di sana bisa memberikan kekayaan dengan cara instan. Namun tentu ada syarat tumbal.

Pesugihan Dosa Berat

Lantas seperti apa sudut pandang Islam menanggapi fenomena ini?

Menanggapi hal itu, pendakwah kondang, Yahya Zainul Ma'arif atau yang lebih akrab disapa Buya Yahya sempat memberikan jawaban terkait pesugihan dan sejenisnya.

Menurut pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon itu, memang sebagian masyarakat Indonesia masih saja ada yang percaya dengan praktik-praktik sesat seperti pesugihan.

“Ada yang sesaat disebut dengan kera putih, sesaat disebut dengan Nyi Blorong, tuyul, ya macam-macam tapi sebetulnya intinya adalah mereka sudah keluar dari pada keyakinan,” katanya dikutip dari chanel YouTube Buya Yahya.

Ia menegaskan, bahwa yang memberi rezeki adalah Allah, dan itu harus dilakukan dengan cara benar, bukan pergi ke gunung terus bertapa karena ingin kaya.

“Naudzubillah, sehingga sudah ada ikatan katanya, ikatan perjanjian melalui perantaranya dukunnya. Bahasanya nanti kalau memang sudah kaya, kalau mati kamu jadi budaknya." 

"Apakah betul? Yang jelas ini adalah keluar dari iman dan bahaya sekali kalau mencari kekayaan dengan cara seperti itu. Maka kerja yang benar, bukan mempercayai hal-hal yang semacam itu,” jelasnya.

Lantas apakah mungkin orang yang melakukan pesugihan bisa kaya? Buya tak menampiknya.

“Mungkin saja, kan namanya sihir kok sudah ada sejak zaman dahulu orang-orang punya sihir dan diberi oleh Allah kekayaan, tapi kekayaan yang menghantarkan badan mereka ke neraka,” tuturnya.

“Bahkan kadang orang gelap mata untuk mencari kekayaan semacam itu ada pula yang gelap mata mencari pasangan agar orang lain mencintainya dengan cara  berurusan sama dukun, naudzubillah. Hati-hati keluar dari iman,” sambungnya.

Kemudian, soal pertanyaan seorang jamaah tentang apakah betul orang yang bersekutu dengan jin atau sejenisnya lewat cara pesugihan akan menjadi budak ketika meninggal? Buya menegaskan, bahwa itu adalah keyakinan yang salah.

Adapun Yang benar adalah, kata Buya, jika orang tersebut meninggal, maka dia masuk alam barzah.

“Maka disitulah dia (yang menyimpang dari ajaran Islam) disiksa, dan dia yang tidak ada iman, tentu siksa yang didapat tidak kira-kira pedihnya. Kalau mati akan mendapatkan siksa dari Allah subhanahu wa ta'ala.”

Lebih lanjut Buya Yahya mengatakan, bahwa orang yang percaya dengan istilah menjadi budak iblis ketika sudah mati, itu sama saja tak memiliki iman.

“Itu adalah bahasanya orang tidak beriman atau bahasa sinetron yang pernah dilihat, atau film-film. (budak setan) enggak ada, orang meninggal tidak menjadi budaknya setan."

Menurut Buya, itu terjadi di dunia, jadi budaknya setan karena dia patuh dengan petunjuk setan.

"Tapi kalau sudah mati, ya dia akan memetik buahnya, yaitu disiksa di alam barzah, sebelum disiksa di neraka nanti, nauzubillah,” jelasnya.

Terkait hal itu, Buya Yahya kembali mengingatkan, tentang pentingnya menjaga iman Islam dan hanya takutlah pada Allah.

“Takutlah kepada Allah. Jika ingin kaya, maka kayalah untuk keselamatan nanti di akhirat, dan harus kita hubungkan kehidupan kita di dunia dengan kehidupan nanti di akhirat, wallahualam.”