Analisis Taktik Politik dan Kompromi Partai Jokowi Ajak Gabung Surya Paloh Koalisi Pasca Pilpres

Peta politik 2029
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Presiden Joko Widodo mengajak Surya Paloh untuk bergabung dalam koalisi Demokrasi Indonesia pasca Pilpres 2024. 

Dalam sebuah diskusi menarik di kanal YouTube Bossman Mardigu Wowiek, kita akan membahas makna demokrasi di Indonesia dan kecerdasan para politikus Senayan selama 20 tahun terakhir.

Bossman Mardigu Wowiek memulai diskusi dengan mengulang-ulang quote yang selalu disampaikan Surya Paloh.

"Jangan pernah mengubah tujuan, yang diubah adalah caranya. Jangan pernah mengubah haluan, yang diubah adalah layarnya."

 Sebelum memulai pembahasan, kita dihadapkan pada imajinasi tentang kemungkinan pasangan Mas Gibran dan Mas Anies sebagai capres dan cawapres pada 2029.

Apakah ejekan Samsul dan belimbing sayur masih melekat di tim pemenangan, ataukah mencari bahan lain untuk memuji Mas Gibran? Diskusi dilanjutkan dengan melihat pergeseran pendukung 01 yang dulu mendukung Prabowo di 2019. 

Kita diajak untuk memahami bahwa politik di Indonesia bukan hanya perjuangan ideologi, melainkan alat tawar untuk mencapai kekuasaan.

Dalam konteks Pilpres, calon presiden dianggap sebagai alat tawar dengan pihak lawan, menggunakan suara rakyat sebagai faktor penentu. 

Jika menang, partai pemenang akan memiliki posisi tawar lebih baik; jika kalah, dukungan parlemen diperlukan untuk mempermulus kebijakan.

 Mardigu menggambarkan konsep, "take and gift" sebagai kompromi antarpartai.

Pembahasan fokus pada Nasdem, partai yang pintar membangun alat tawar. Misalnya, pada Pilpres 2024, Nasdem dapat menjadi anak bawang dengan resiko dukung Anies. 

Mardigu mengajak untuk melihat strategi partai dan taktik untuk memperoleh keuntungan dari keterlibatan dalam koalisi.

Diskusi dilanjutkan dengan pertanyaan terkait langkah PKS pada 2024 jika hasil KPU menunjukkan kemenangan 02. 

Mardigu meramalkan kemungkinan PKS ikut bergabung dengan pemerintah.

 

 Pada akhirnya, kita diingatkan untuk tidak terlalu terbawa perasaan, seperti yang terjadi pada para politikus partai yang tidak pernah mengubah tujuan mereka.

Pesan penutup Mardigu mengajak untuk tidak terlalu baper-baperan dalam politik, melainkan kembali kepada prinsip hidup untuk diri sendiri.

 Mardigu membagikan pandangan dari para politikus partai yang belajar dari pengalaman, bahwa jika tidak bisa mengalahkan lawan, bergabunglah dengan lawan. 

Semua kembali kepada kita sendiri, dan pesannya adalah:

 "Jangan baper, pilih yang menang, itu adalah prinsip dasar yang kita belajar dari para politikus partai. Jangan baper-baperan, nanti kolesterol tinggi karena banyak makan ati. Peace."