Begini Cara Orang Sunda Atasi Sakit Perut, Baca Mantra

Ilustrasi sakit perut,
Sumber :
  • Pixabay-Derneuemann

Siap – Paraji atau dukun mulai memejamkan mata di hadapan bocah yang sedang menderita perut melilit. Tak lama mulutnya komat-kamit merapal. Rapalan mantra pereda sakit perut atau jampe atau jangjawokan nyeri beuteung mengudara.

"Peujit pabeulit, puseur pacangreud, ka luhur pindah ka jantung, salatri pindah ka cai, belekbek belegu... belekbek belegu...".

Paraji kemudian meneteskan lalu mengoleskan air putih tepat di ubun-ubun bocah tersebut.

Selain dengan air, paraji biasa pula menggunakan daun cabe rawit dihaluskan. Ia akan merapal sebelum mengoleskannya ke bocah tersebut.

"Bismillah, Syahadat 3 kali, mules rasa anu mokaha, ulah cicing dina kulit, ulah nyangsang dina badan, hurip ku nabi waras ku Alloh...".

Di tengah rapalan, paraji menyebut nama si anak sakit kemudian mengoles daun cabe rawit telah dihaluskan di atas perut si anak.

"Diharapkan agar si sakit cepat sembuh dan dapat buang air besar agar rasa mulasnya segera sirna dan sembuh," tulis Elis Suryani NS pada Rahasia Pengobatan yang Tersirat Dalam Naskah Mantra Jumantara Vol.2 No.2, Oktober 2011.

Ada pula penggunaan gabungan antara daun cabe rawit dihaluskan, minyak kayu putih, dan air sembari membaca Surah Maryam, diteruskan dengan rapalan khusus.

"Nini lenjer weteng, aki lenjer weteng, ulah ngalenjer dina kedung suwung, rep sirep ku Pangeranna...".

Di samping mantra pereda sakit perut, terdapat pula mantra pereda perut kembung. Paraji akan mengucap mantra di hadapan si sakit.

"Cakakak di leuweung, injuk talina, dihakan dibeuweung, hitut jadina, plong blos plong blong...".

Di masa lalu, orang Sunda memiliki cara tersendiri untuk meredakan sakit perut. Mereka tak menggunakan obat-obatan teruji klinis melainkan menggunakan mantra.

Mantra tersebut terekam pada naskah-naskah Sunda. Dari sekira 1.432 naskah Sunda, baik tersimpan di dalam dan luar negeri, menurut Edi S Ekadjati dalam Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan, terdapat lebih-kurang 76 naskah khusus berisi mantra dan kumpulan doa bersifat mantra.

Mantra, menurut Yus Rusyana dalam Filologi dan Sastra-Sastra Klasik Indonesia, terbagi menjadi 7 bagian, antara lain jampe (jampi), asihan (pekasih), singlar (pengusir), jangjawokan (jampi), rajah (kata pembuka jampi), ajian (jampi kekuatan), dan pelet (guna-guna).

Dari ketujuh bagian tersebut, jampe dan jangjawokan merupakan jenis mantra paling sering digunakan masyarakat Sunda untuk mengobati sakit perut.

Perapalan mantra merupakan bentuk lain harapan atau doa kepada Allah SWT melalui perantara leluhur. "Adapun penyertaan nama nenek moyang di samping Allah SWT, Muhammad SAW, dan nama-nama lainnya ditujukan untuk penghormatan," tulis Elis Suryani.

Modal utama agar rapalan berhasil, menurut Elis Suryani, tak lain adanya keyakinan penuh dari perapal maupun si sakit, bahwa ada kekuatan gaib dihasilkan di luar kemampuan manusia untuk menyembuhkan penyakit.