Kisah Keberanian Pasukan Gerak Tjepat dan RPKAD saat Pembebasan Irian Barat
- Istimewa
Berkali-kali ia coba. Namun, sebanyak itu pula ia gagal. Tanpa disadarinya, karena terus bergoyang, payungnya mulai merosot dari pohon. Sampai akhirnya lepas dan Sahudi pun terpental ke pohon sebelum terempas di tanah dengan punggung jatuh lebih dulu.
Ia merasakan sakit tak berperi di punggung. Membuatnya nyaris tidak bisa bergerak. Baru kemudian ia sadari bahwa tulang punggungnya patah.
Tak jauh dari tempatnya jatuh, ia melihat rekannya KU I J. Dompas yang terluka dan Pratu Margono dari RPKAD mengalami patah kaki. Mereka bermalam di situ selama beberapa hari, dan mendapat bantuan dari penduduk setempat.
Terendus Musuh
Siang itu, Belanda mulai mencium kehadiran pasukan gabungan. Pasalnya, setelah pesawat Belanda yang melintas, pilotnya melihat parasut bertaburan di puncak-puncak pohon. Karena itu, Belanda pun mengirim sejumlah polisi yang umumnya direkrut dari putra asli Irian untuk mengecek kebenarannya. Untunglah ada penduduk berbaik hati mengabarkan bahwa ada polisi datang.
"Tuan besar datang, tuan besar datang," kata mereka.
Malam itu juga Sahudi dan kedua rekannya meninggalkan kampung kecil tersebut. Karena sedang sakit, Margono hanya bisa merangkak, sementara Sahudi tertatih-tatih.
Seperti yang lainnya, Godipun juga tersangkut di sebuah dahan. Malang baginya karena ransel peluru dan granatnya lolos ke bawah. Menggunakan tali, Godipun mencoba turun ke bawah.
Namun, dahan tempatnya bergantung tiba-tiba patah, sehingga ia jatuh di pinggir kali berlumpur. Untung lumpurnya cukup dalam, sehingga menjadi seperti matras. Hampir seluruh kakinya tertanam di lumpur.
Setelah berhasil keluar, ia mendengar suara pluit di ketinggian, yang ketika dilihatnya berasal dari Sarjono. Temannya ini tidak bisa turun karena sudah lemas. Berkat bantuan Godipun, Sarjono turun. Dia kembali naik karena ransel dan perbekalan temannya masih tersangkut di ranting.
Pada hari ketiga setelah bertemu teman-teman yang lain, yaitu Sahudi, KU I Fortianus, KU I Dompas, KU II Jhon Saleky, KU II Aipassa, dan tiga orang lagi yang namanya tidak diketahui.
Komandan tim Lettu Heru Sisnodo memutuskan, KU I Sahudi dan Pratu Margono yang tengah sakit parah ditinggal di tempat karena akan mengganggu gerakan pasukan. Tak lama kemudian, pasukan tersebut mengalami kontak senjata dengan Belanda sewaktu memotong sagu.
Dalam kontak itu, pasukan PGT tercerai-berai karena kekuatan tidak seimbang, disamping fisik mereka sudah lemah. Setelah tembakan berhenti, Heru memerintahkan Godipun membantu rekan-rekan yang lain.
"Saya pergi dan menemukan bekas tempat mereka memasak sagu," ujar Godipun.
Besoknya Belanda datang lagi, dan kembali terjadi kontak tembak. Namun, tidak ada yang terluka.
Dalam kontak tembak itu, KU I Fortianus tertembak di dada dan tewas di tempat. Sementara Pratu Suyono dari RPKAD berhasil meloloskan diri dan akhirnya bertemu dua orang yang ditinggal karena cedera yaitu KU I Sahudi dan Pratu Margono.