Anies, Ganjar dan Prabowo Ungkap Strategi Hadapi Tantangan Keterwakilan Perempuan di Pemilu 2024
- Istimewa
Siap –Pada acara 13 Tahun Mata Najwa, Bergerak, Bergerak, Berdampak" yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Minggu (19/11/2023), Narasi Najwa Shihab menghadirkan dialog menarik dengan tiga tokoh penting dalam politik Indonesia.
Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto, Pembicaraan ini menyoroti isu kritis tentang ketidakrepresentatifan perempuan dalam pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Ganjar Pranowo memberikan penekanan pada pentingnya affirmative action untuk kelompok perempuan, disabilitas, dan anak-anak.
"Apakah kita maskulin? Tidak juga,” kata Ganjar,dikutip Siap Viva dari Kanal Youtube Mata Najwa
Dengan memberikan contoh nyata dalam timnya, Ganjar menunjukkan bagaimana perempuan, seperti Karina, memainkan peran kunci dalam isu-isu penting seperti stunting dan pendidikan.
Menurutnya, perempuan memiliki peran yang tak tergantikan dalam menghadapi tantangan-tantangan ini.
Anies Baswedan menggarisbawahi bahwa peran perempuan dalam politik bukan hanya sebatas pekerjaan yang dilakukan, melainkan juga komitmen terhadap pemberdayaan.
Ia merinci bagaimana perempuan memimpin sebagian besar upaya penanganan pandemi COVID-19 di Jakarta dan menduduki mayoritas posisi direktur di Universitas Paramadina.
"Ketika bicara peran perempuan bukan soal apa yang kita kerjakan. Masing-masing kita lihat komitmen," ujar Anies.
Bagi Anies, komitmen terhadap pemberdayaan perempuan harus menjadi fokus utama dalam mencapai kesetaraan di dunia politik.
Prabowo Subianto, sambil mengakui jarangnya perempuan terlihat di tingkat tertinggi politik, menyoroti kontribusi positif perempuan dalam berbagai posisi strategis, termasuk di kabinet seperti Menlu Retno Marsudi.
"Kita tahu sekarang sebenarnya peran perempuan sudah cukup menonjol. Di kabinet, posisi strategis diisi perempuan. Menlu ada Bu Retno, salah satu menteri terhebat dalam sejarah bangsa Indonesia. Perempuan dijuluki 'the iron lady', kadang lebih galak dari Menhan. Kita lihat, beberapa gubernur kita juga perempuan, Ibu Khofifah. Realita politik kita bahwa perempuan belum sampai ada yang menguasai partai, kecuali Ibu Megawati yang masih memimpin,” ujar Prabowo.
Meskipun mengakui bahwa perempuan belum sepenuhnya mendominasi partai politik, Prabowo optimis bahwa di masa depan akan muncul lebih banyak perempuan berprestasi di bidang politik dan akademik.
Dialog ini mencerminkan kompleksitas isu keterwakilan perempuan dalam politik Indonesia dan memberikan pemahaman yang mendalam dari perspektif tiga tokoh penting.
Dengan membuka jendela pada pandangan dan solusi yang diusulkan oleh Ganjar, Anies, dan Prabowo, pembaca diundang untuk merenung dan terlibat dalam perbincangan yang lebih luas tentang keadilan gender dalam dunia politik Indonesia.