Cerita Ketua BEM UI Diteror Jelang Putusan MK: Sampai Segininya!
- Istimewa
Siap – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia atau BEM UI, Melki Sedek Huang, mengaku kerap mendapat intimidasi. Dirinya dianggap terlalu vokal dalam mengkritisi penguasa.
Ia mengaku, serangkaian teror atau intimidasi itu dilakukan oleh aparat penegak hukum. Aksi itu kerap dirasakannya terlebih sejak belakangan ini pihaknya gencar melakukan diskusi capres.
"Pokoknya setiap BEM UI mau bikin diskusi, itu pasti saya selalu di telepon sama temen-temen Polda Metro Jaya, ditelpon temen-temen Polres, ditelpon Baintelkam dan Bareskrim Mabes Polri," katanya dikutip pada Kamis, 9 September 2023.
Pada Ketua BEM UI tersebut, mereka minta agar diskusi dibatalkan.
"Biasanya disuruh apakah diskusinya bisa dibatalkan, atau disuruh apakah diskusinya bisa online aja, dan bisa nggak dialihkan jadi ini, jadi itu," tuturnya.
Namun dengan tegas Melki mengatakan, boleh dialihkan namun itu menjadi agenda dan acara baru.
Sedangkan rencana yang sudah diagendakan harus tetap berjalan.
"Boleh diubah menjadi online, tapi artinya jadi acara baru dan perlawanan baru, tapi acara hari ini tetap jalan," ujarnya.
Menurut Ketua BEM UI itu, intimidasi selalu ada, bahkan seminggu yang lalu ibunya yang ada di Pontianak sempat didatangi aparat TNI dan polisi untuk menanyakan kepulangan dirinya.
"Ibu saya dirumah telpon. Ada orang dari tentara polisi datang ke rumah nanya-nanya ke ibu saya. Tanya kira-kira Melki balik (ke Pontianak) kapan. Melki kira-kira kebiasaannya tiap malam ngapain," ujarnya.
Tidak hanya itu, bahkan gurunya di SMA Negeri 1 Pontianak juga kerap mendapatkan telpon dari aparat.
Bahkan, intimidasi itu juga dirasakannya jelang putusan MK baru-baru ini.
"Menjelang putusan MK guru saya ditanya, Melki itu waktu di sekolah bagaimana, Melki itu tiap hari kebiasannya apa dan sebagainya," tukas Melki.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, bahwa perlakuan serupa bukan hanya dialami dirinya saja, tapi banyak juga teman-teman aktivisi lainnya merasakan hal serupa.
"Bukan cuma saya saja, tapi artinya ada yang salah dari konsepsi demokrasi sampai harusnya semua orang yang kritik, semua orang yang kritis, semua orang yang menyampaikan pendapat terus diintimidasi, dan direpresi sampai segininya."
Terkait hal itu, dia mengimbau kepada teman-teman BEM yang selama ini kritis, atau para aktivis yang selama ini berjuang menyuarakan kebenaran agar bisa lebih waspada, menjaga diri masing-masing.
Karena menurutnya, kondisi kekuasaan saat ini semakin mengkhawatirkan.
Ia memastikan, semua intimidasi atau teror itu tak akan menyurutnya langkahnya untuk tetap beruara lantang, mengkritisi kebijakan penguasa.
"Tidak satupun dari ancaman-ancaman itu yang membuat kita gentar. Artinya, kalau kita semakin banyak diancam berarti kita sudah di jalan yang benar," katanya.