Astaga, Benget Hidangkan Soto Daging Manusia di Terminal Kampung Rambutan

Kasus daging manusia dalam hidangan soto di Terminal Kampung Rambutan
Kasus daging manusia dalam hidangan soto di Terminal Kampung Rambutan
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Salah satu kasus mutilasi yang sempat menggegerkan publik terjadi di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Nah yang mengerikannya lagi, potongan daging manusia itu dijadikan bahan campuran soto

Lantas seperti apa kronologi kasus pembunuhan yang terjadi di Terminal Kampung Rambutan itu? Berikut ulasannya.

Dilansir dari akun media sosial X @abcident, peristiwa ini berjudul Soto Daging Manusia di Terminal Kampung Rambutan.

Pelakunya diketahui bernama Benget Situmorang, penjual soto dan daging yang digunakannya adalah potongan jasad istri kedua. Kok bisa? Berikut ulasannya.

Benget Situmorang merupakan seorang perantau asal Desa Ambarita, Samosir, Sumatera Utara yang mengadu nasib di Jakarta. 

Semula, ia bekerja sebagai sopir kopaja. Kelak, pekerjaannya itu mempertemukannya dengan sang istri pertamanya yang bekerja di Terminal Kampung Rambutan, bernama Roini.

Pada tahun 2000, mereka menikah. Namun ternyata Benget sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sangat tempramen. 

Rumah tangga mereka begitu sering diisi dengan keributan sampai keduanya diusir oleh RT setempat.

Disaat itulah Benget memadu kasih dengan seorang wanita bernama Darna Sri Astuti.

Hubungan keduanya berstatus perselingkuhan karena Benget tidak mengaku bahwa ia telah memiliki istri. 

Begitupun Astuti yang mengira Benget masih lajang. Namun tabiat tukang selingkuh Benget belum hilang. 

Kali ini ia dekat dengan Tini. Seorang wanita yang bahkan juga sudah memiliki suami dan anak. 

Agar bisa dekat dengan Tini, Benget merekrutnya untuk bekerja di warung soto miliknya.

Tetapi Astuti menyadari bahwa keduanya sering bermesraan di kedai soto yang tentu saja membuat istri sah Benget itu marah. 

Namun bukannya membujuk sang istri, Benget justru melalukan kekerasan pada Astuti.

Hingga puncaknya, demi bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan Tini kedua orang itu, Benget dan Tini berencana untuk menghabisi Astuti.

1 Maret 2013, Benget mencekoki Astuti dengan minuman keras (miras) hingga ia teler, lalu melakukan hubungan badan dengannya. 

Namun ketika Astuti lengah, Benget memukul istri keduanya itu dengan tangan kosong berkali-kali.

Belum puas, Astuti diseret ke wc, disiram air, dipukuli dengan balok kayu dan kemaluannya dimasukkan botol berisi air panas hingga Astuti menjerit. 

Tetapi bukannya kasihan, Benget terus melakukan penganiayaan pada Astuti. Benget menuduh Astuti sudah berselingkuh di belakang-nya.

Setelah berbagai siksaan mengerikan dari suaminya itu, Astuti akhirnya meregang nyawa akibat luka luka di sekujur tubuhnya.

Setelah Astuti meninggal, Benget yang kebingungan lalu memutilasi tubuh Astuti menjadi beberapa bagian dan menyimpannya di dalam 5 kantong plastik.

Khusus untuk hati, isi perut dan beberapa potong daging Astuti, Benget memisahkannya dengan menyimpannya di dalam kulkas kedai sotonya. 

Ia juga membakar kasur yang memiliki bekas noda darah Astuti.

Setelahnya, dengan menyewa sebuah mobil angkot merah, Benget dan Tini membuang kantong kantong berisi potongan tubuh dan kepala Astuti di beberapa titik sepanjang Jalan Tol Cikampek.

Sepulang dari tol, ia lalu mengolah daging Astuti menjadi bahan membuat soto dan menghidangkannya secara gratis untuk disantap oleh rekan-rekannya di terminal, tanpa memberitau bahwa soto itu menggunakan daging manusia.

Kejahatan Benget dan Tini terungkap setelah ada saksi mata yang melaporkan sebuah angkot merah mencurigakan yang terlihat beberapa kali berhenti dan melempar plastik berukuran besar ke tepi jalan tol.

Dan saat diperiksa, plastik itu rupanya berisi potongan kepala Astuti.

Temuan itu lalu diselidiki oleh pihak kepolisian hingga menemukan potongan potongan tubuh lain yang saling berjarak 1km di sepanjang jalan tol tersebut. 

Setelah penyelidikan, Benget berhasil ditangkap polisi saat sedang berjualan soto di kedainya bersama Tini.

Benget mengakui semua perbuatannya termasuk menghidangkan daging Astuti untuk makan gratis rekan-rekannya. 

Ia dan Tini dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan berencana. 

Benget mendapat vonis hukuman mati, sedangkan Tini yang membantunya dijatuhi vonis 14 tahun penjara.