Menguak Misteri Penjara Sednaya, Rumah Jagal Manusia dan Kamp Kematian di Suriah

Penjara Sednaya
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Usai runtuhnya rezim Assad, publik kini digegerkan dengan pengungkapan soal misteri penjara Sednaya yang disebut sebut sebagai tempat yang paling mengerikan.

Dalam sebuah potongan video yang dirilis The Times, sekelompok dokter yang mengunjungi penjara Sednaya baru-baru ini memperlihatkan kondisi mengerikan.

Terungkap ada sel-sel bernomor sempit yang masing-masing tampaknya menampung belasan orang dipenuhi puing-puing pakaian dan barang-barang bekas.

Penjara Sednaya sendiri cukup terkenal di Suriah.

Keberadaannya yang sering disebut juga sebagai rumah jagal hingga kamp kematian masih menyimpan misteri beragam.

Beberapa waktu setelah lengsernya rezim Bashar al-Assad di Suriah, sebagian orang di sana mencari keberadaan penjara Sednaya di dekat Damaskus.

Menurut kabar yang beredar, tempat tersebut dulunya digunakan pemerintah untuk memenjarakan dan menyiksa pejuang oposisi yang tertangkap.

Disitat dari laporan New York Times, kerumunan warga Suriah mendatangi penjara itu setelah pemberontak menguasainya pada Minggu (8/12).

Disana, mereka mengawasi pintu masuk untuk mencari kenalan atau anggota keluarganya yang pernah dimasukkan ke dalamnya. Amnesty International menggambarkan penjara Sednaya sebagai ‘rumah pembantaian manusia’.

Di tempat tersebut, ada puluhan ribu orang yang ditahan, disiksa hingga dibunuh selama 13 tahun berkecamuknya perang saudara Suriah.

Penjara militer Sednaya berada sekitar 30 km di utara Damaskus.

Secara resmi, penjara ini berada di bawah yurisdiksi Menteri Pertahanan dan dioperasikan oleh Polisi Militer Suriah.

Tempat ini menjadi terkenal karena dituding menjadi lokasi penyiksaan dan kekerasan berlebihan setelah kerusuhan yang dilakukan para tahanan pada 2008.

Sejak dimulainya krisis di Suriah pada 2011, penjara tersebut telah menjadi tujuan akhir bagi para oposisi rezim yang ditangkap.

Mengutip MiddleEastEye, penjara Sednaya didirikan pada 1987 di bawah pemerintahan Hafez al-Assad.

Awalnya, fasilitas ini berfungsi sebagai pusat penahanan militer saja. Kondisi berubah di bawah pemerintahan rezim Assad.

Fasilitas itu kemudian lebih dikenal sebagai tempat penyiksaan dan pembunuhan penentang pemerintah.

Kelompok hak asasi manusia internasional mengatakan puluhan ribu orang pernah ditahan di Sednaya.

Mereka disiksa, dipukuli, bahkan tidak diberi makanan, air, obat-obatan hingga sanitasi dasar.Laporan Amnesty dan investigasi terpisah oleh PBB menemukan bahwa otoritas Suriah sengaja membasmi tahanan di Sednaya setelah puas menyiksa dan menahan mereka.

Kekejamannya bahkan mencapai tahap penyerangan secara seksual seperti dipukul di bagian alat kelamin atau dipaksa memperkosa dan membunuh satu sama lain.

Pada 2017, Amerika Serikat menuduh pemerintah Suriah menggunakan krematorium untuk menyembunyikan pembunuhan massal di Sednaya.

Washington juga menyebutkan metode penyiksaan fisik seperti pemukulan, penusukan, penyerangan seksual, sengatan listrik hingga pemotongan telinga serta alat kelamin.

Beberapa orang yang berhasil dibebaskan menggambarkan penjara itu seperti rumah jagal. Para tahanan di sana dibiarkan mati karena luka dan penyakit, serta tidak diobati di sel-sel yang kotor dan penuh sesak.

Belum lagi, ada ketentuan tahanan hanya diberi waktu beberapa detik untuk menggunakan jamban dan diberikan makanan basi.

Setiap pagi, para penjaga mengumpulkan jenazah tahanan yang meninggal semalam dan membawanya ke rumah sakit militer untuk dicatat sebagai kasus gagal jantung atau pernapasan.

Kemudian, mereka diangkut dengan truk ke kuburan massal di luar Damaskus.Selain mati karena penyakit atau kelaparan, sebagian tahanan lain juga dieksekusi secara rahasia.

Laporan Amnesty pada tahun 2017 menyebut ribuan tahanan digantung setelah pengadilan palsu yang berlangsung hanya beberapa menit.

Para penyintas menggambarkan ketakutan saat memasuki penjara karena mengetahui bahwa mereka yang diambil dari sel tidak akan pernah kembali.

Seperti yang disampaikan oleh salah seorang penyintas, “Sednaya bukanlah penjara - melainkan tempat di mana manusia tidak lagi ada."