Ditanya Gentrifikasi Malah Bahas Gender, Pengamat Politik Sebut Imam-Ririn Tak Siap Pimpin Depok

Debat terbuka Pilkada Depok
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Istilah gentrifikasi yang dilontarkan oleh calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok, nomor urut 02, Supian-Chandra tengah menyita perhatian publik.  

Adapun istilah itu mencuat saat debat perdana Pilkada Depok 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu, 3 November 2024.

Saat itu, calon Wali Kota Depok nomor urut 02, Supian Suri menanyakan kepada kubu 01, yaitu Imam Budi Hartono (IBH)-Ririn Farabi mengenai gentrifikasi di Kota Depok. 

Mendengar hal itu, Ririn justru menjawab soal masalah gender, dalam hal ini adalah perempuan. 

Mendengar jawaban Imam-Ririn yang jauh dari konteks, Supian akhirnya menjelaskan arti dari gentrifikasi. 

Supian mengatakan, gentrifikasi jadi sorotan karena melihat fenomena yang terjadi di Kota Depok, dimana harga tanah sangat mahal saat ini.

Gagal Paham

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Cakra Manggilingan Institute, Agus Zaini mengatakan, gentrifikasi bukanlah istilah baru. 

Ini merupakan persoalan yang terjadi di perkotaan, termasuk salah satunya adalah Depok.

“Isu gentrifikasi yang diangkat dalam debat pasangan calon walikota dan wakil walikota ini merupakan isu strategis yang perlu direspon secara bijak dan cerdas," katanya dikutip pada Selasa, 5 Oktober 2024.

Menurutnya, isu gentrifikasi menjadi masalah serius bagi masyarakat Depok, karena ekspansi developer jika tidak terkelola dengan baik bisa menjadi ancaman dan masalah sosial. 

Agus menilai, isu ini harus dibahas secara mendalam untuk memperlihatkan kesiapan para calon pemimpin Depok dalam mengantisipasi problem sosial di wilayahnya. 

Dengan demikian masyarakat mendapat pencerahan dari konsep calon pemimpin Depok.

“Namun, amat sangat disayangkan, ketika isu gentrifikasi diangkat dalam debat tersebut oleh pasangan Supian-Chandra ternyata tidak dapat dijawab oleh pasangan Imam dan Ririn. Bahkan justru salah memahami makna dari gentrifikasi,” ungkapnya.

Agus menilai, jawaban yang dilontarkan Imam-Ririn memperlihatkan bahwa pasangan tersebut tidak memahami permasalahan kota. 

Bahkan menurutnya, Imam-Ririn tidak siap memimpin Kota Depok.

“Disini tampak jelas kegagalan pasangan Imam-Budi dalam debat tersebut. Bahkan membuka mata publik bahwa pasangan Imam-Ririn tidak siap menjadi pemimpin Kota Depok,” tegasnya.

Dikatakan, jika Kota Depok tidak dikelola dengan baik, maka bisa jadi seperti kota mati. 

“Perlu dipahami oleh para calon pemimpin Depok, bahwa jika Kota Depok tidak dikelola dengan baik bisa menjadikan Kota Depok sebagai kota mati. Depok hanya sekedar menjadi kota lintasan, bukan kota tujuan,” katanya.

Agus berpandangan, saat ini pembangunan di Depok jauh tertinggal dibanding kota lain di sekitarnya. 

Menurut dia ini disebabkan pemimpin yang kurang memiliki visi misi yang jelas dalam membangun kota tersebut. Ia menilai, Depok saat ini sudah jauh tertinggal dengan daerah di sekitarnya. 

"Karena itu dibutuhkan pemimpin yang berani dan memiliki visi yang jelas agar ada perubahan yang signifikan. Bukan pemimpin yang hanya bisa ‘copy paste’ dengan kebijakan sebelumnya,” tuntas Agus.