Supian-Chandra Bongkar Akal-akalan Petahana Depok di Balik Proyek Insenerator Sampah: Maaf Bu Ririn

Calon Wali Kota dan Wakilnya, Supian-Chandra soal sampah
Sumber :
  • siap.viva.co.id

Siap – Masalah sampah menjadi salah satu isu yang cukup menyita perhatian dalam debat terbuka di Pilkada Depok pada Minggu, 3 November 2024. 

Dalam debat terbuka tersebut, calon pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok nomor urut 01, Imam Budi Hartono alias IBH dan Ririn Farabi mengklaim telah menyiapkan strategi khusus. 

Di antaranya adalah mengandalkan alat insenator sebagai pengolah limbah atau sampah. Ririn lantas sempat menyinggung peran calon Wali Kota Depok nomor urut 02, Supian Suri yang kala itu menjabat sebagai sekretaris daerah atau sekda

"Sampah merupakan permasalahan semua perkotaan di Indonesia termasuk Kota Depok," kata Ririn.

Menurutnya, Pemerintah Kota Depok telah melakukan upaya untuk menangani persoalan itu, seperti pemberian edukasi memilah sampah kepada 185 Sekolah Adiwiyata di Kota Depok.

Kemudian, pembuangan sampah ke TPS Nambo 10 ton per hari, dan saat ini Depok sudah memiliki dua insenerator di Sukmajaya. 

"Kenapa baru didapatkan sekarang insenatornya? Karena pada masa Sekda lama menjabat masalah ini tidak tertangani. Padahal Pak Walikota sudah mengamanatkan kepada beliau (Supian Suri)," sindir Ririn.

Bongkar Fakta

Terkait hal tersebut, calon Wali Kota Depok nomor urut 02, Supian Suri akhirnya angkat bicara.

"Oh iya, sebetulnya saya enggak mau bicara terkait tentang ini, pernyataan Bu Ririn yang dianggap saya tidak mengeksekusi perintah Pak Wali," kata Supian saat dikonfirmasi awak media pada Selasa, 5 November 2024.

"Saya cerita enggak apa ya? Bu Ririn yang saya hormati, mohon maaf Bu Ririn harus saya bercerita biar Bu Ririn tau, karena Bu Ririn tidak tahu, Bu Ririn belum pernah masuk di pemerintahan," sambungnya.

Supian lantas menjelaskan, bahwa benar ketika menjabat sebagai Sekda Depok, dirinya mendapat tugas dari wali kota untuk belanja insinerator, tepatnya di akhir tahun 2023. 

Saat itu, langsung diminta untuk alokasi anggaran dari bantuan tak terduga atau BTT. Kemudian Supian memanggil pihak terkait, dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok.

Sebab mereka adalah eksekutor alias sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

"Saya sampaikan, bahwa kita akan alokasikan BTT. Tetapi, mereka teman-teman DLHK enggak siap," ujar Supian.

Itu lantaran pertama, kajiannya belum ada. 

"Ini kan perintah enggak bisa langsung dijalankan, pertama kajian internal terhadap insinerator ini belum ada. Yang kedua terkait tentang kajian pengadaanya juga belum ada," katanya. 

"Jadi dua hal ini yang kita khawatir. Namanya kita penyelenggara pemerintah, kajian internal itu urgensinya terhadap insinerator seperti apa? Penting apa tidak? Itu yang pertama," timpal Supian.

Selanjutnya yang kedua, kajian pengadaan. Alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ini menegaskan, bahwa harus ada kajian pengadaan alat insinerator terlebih harga yang ditawakan bervariasi, mulai dari Rp 5 miliar, Rp 10 miliar, dan ada pula yang Rp 25 miliar.

"Jadi kita harus benar-benar mendalami, kenapa sih Rp 5 M, jangan sampai kita bayar Rp 25 M, ternyata alat itu hanya ukuran Rp 5 miliar dan yang lainnya," beber Supian.

Nah usut punya usut, rupanya alat yang diajukan kala itu merupakan rekomendasi Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono, kader PKS yang saat ini maju sebagai calon wali kota bersama Ririn.

"Di sisi yang lain, mohon maaf saya harus sampaikan, Pak Imam, Pak Imam  merekomendasikan merek tertentu yang minta itu yang dibeli, gitu," ucap Supian. 

Kala itu, Supian menegaskan, bahwa tidak bisa langsung beli begitu saja, perlu uji coba dulu terkait dengan kemampuan alat. 

"Akhirnya disepakatilah, alat yang katanya rekomendasi Pak Imam, mohon maaf enggak siap dengan cara-cara begini," tegasnya.

"Kita ingin pemerintahan ini, siapapun dia kalo memang punya kualitas bagus, ya silahkan, tapi kalaupun itu di rekomendasi kan, nggak apa-apa, tapi harus bagus juga," sambungnya. 

Nah ternyata, lanjut Supian, ketika alat tersebut diuji hasilnya tak sesuai ekspektasi. Padahal, insenator rekomendasi Imam sempat diklaim bisa menyelesaikan sampah 20 ton per hari. 

"Waktu itu katanya bisa produksi 20 ton per hari, kita coba dalam sebulan, satu hari itu tidak sampai 1 ton," kata Supian.

"Kalau teman-teman (media) nggak percaya, cek saja. Kita pernah di akhir tahun 2023 pernah mencoba satu alat insinerator di Pasar Cisalak," ujarnya lagi. 

Sehingga, dengan dua hal tersebut, terutama karena hasil kajian, akhirnya proyek itu batal alias tidak bisa dieksekusi.

"Lalu yang kedua, asapnya itu bikin warga sekitar Cisalak pada komplain.

Jadi itu yang menjadi penyebab kenapa waktu itu tidak dieksekusi secara langsung, karena harus ada kajian," beber Supian.

Dirinya mengatakan, bahwa pengadaan alat ini tidak bisa serta merta seperti beli makanan di warung atau di toko, yang langsung belanja. 

"Enggak bisa, harus di latar belakangi kajian, kemudian custom alatnya seperti apa, sehingga akhir tahun kemarin itu, mohon maaf tidak dieksekusi memang, karena dengan kondisi yang tadi," jelas Supian.

"Sekali lagi saya sampaikan Bu Ririn, mohon maaf saya sebetulnya tidak mau mengomentari, tapi Bu Ririn belum masuk di pemerintahan, jadi nggak tahu ceritanya seperti apa, jangan juga langsung mau untuk jadi juru bicara untuk menyampaikan hal yang Bu Ririn nggak tahu sebenarnya," kata Supian lagi.

Dirinya menyarankan, agar sebainya Ririn fokus saja pada upaya pencalonan, tidak perlu cerita kebelakang. 

"Kenapa Bu Ririn yang harusnya ngomong? Pak Imam saja tadinya yang ngomong terkait tentang itu, gitu ya," ucap Supian.

Program yang Nambah Masalah 

Calon Wakil Wali Kota Depok nomor urut 02, Chandra Rahmansyah menambahkan, program insenerator yang digagas paslon 01 hanya akan menambah masalah.

"Ya seperti yang kemarin debat saya sampaikan, jangan menyelesaikan masalah bikin masalah baru. Kemarin pantesan Paslon 01 bercerita tentang insinerator terus," katanya.

Padahal, ucap Chandra, dalam teori penanganan sampah, proses termokimia atau pembakaran, itu adalah opsi yang paling terakhir dapat dilakukan, ketika cara lain sudah tidak bisa. 

"Karena proses termokimia ini prinsipnya adalah pembakaran yang menghasilkan emisi gas buangan berupa gas rumah kaca, dan juga di insinerator ini ada gas yang sangat-sangat berbahaya, yaitu dioxin, silakan dicek masyarakat juga bisa cek secara ilmiah," jelasnya.

Alumni Universitas Indonesia itu menyebut, paparan dioxin ini bisa menyebabkan kanker, bahkan bisa menyebabkan kematian. 

"Nah ini yang saya duga mungkin menjadi penyebab kematian yang kemarin pemadam kebakaran kita, yang kemudian pemadam kebakaran tanpa dilengkapi fasilitas masker," ujarnya. 

Menurut Chandra, menyelesaikan masalah sampah tidak perlu dengan insenerator. Masih banyak cara lain yang lebih ramah lingkungan. 

Chandra menerangkan, bahwa sampah di Kota Depok ini didominasi oleh sampah organik.

"Nah sampah organik itu kurang efektif dan efisien jika dilakukan pakai insinerator, tapi lebih baik dengan pengolahan biologis, yang mana dia akan menghasilkan biogas dan juga menghasilkan kompos," katanya. 

"Cara itu bisa menghasilkan uang, dan bahkan emisinya jauh lebih rendah dibanding insinerator, termasuk dengan cara budidaya maggot," sambungnya.

Supian-Chandra menegaskan, pihaknya telah menyiapkan langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah sampah yang tentunya ramah lingkungan.