Memahami Lebih Utuh Tradisi Ruwatan dan Artinya

Ruwatan
Sumber :
  • Istimewa

Dilansir laman resmi Kemendikbud, dalam ritual ruwatan biasanya digelar pertunjukkan wayang. Wayang ialah bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan.

Pergelaran wayang kulit ini biasanya melakoni kisah Murwakala. Tujuannya, agar orang yang diruwat hidup selamat dan bahagia, terlepas dari nasib jelek.

Dalam kisah wayang Murwakala, seorang putera bernama Salah Kededen mendadak berubah menjadi raksasa jahat dan memangsa manusia yang masuk dalam kategori Sukerta.

Sukerta berarti orang yang cacat, yang lemah, dan tak sempurna. Karena itu, orang tersebut harus diruwat, artinya dibersihkan atau dicuci agar bersih. Konon, kelompok manusia Sukerta yang tidak diruwat akan menjadi mangsa batara kala.

Seperti yang dinukil dari buku Bratawidjaja karya Thomas Wiyasa, yang berjudul Upacara Tradisional Masyarakat Jawa (1988), orang-orang yang termasuk golongan Sukerta, antara lain pertama, Ontang-anting: anak laki-laki tunggal dalam keluarga, tak punya saudara kandung.

Kedua Unting-unting: anak perempuan tunggal dalam keluarga. Ketiga, Gedhana-gedhini: dua anak dalam keluarga, laki-laki dan perempuan. Keempat, Uger-uger lawang: dua anak laki-laki dalam keluarga.

Kelima, Kembar sepasang: dua anak perempuan dalam keluarga. Keenam, Pendhawa: lima anak laki-laki dalam keluarga. Ketujuh, Ngayomi: lima anak perempuan dalam keluarga.