Menguak Keajaiban Sangiran, Situs Purbakala Terbesar di Kaki Gunung Lawu: Buruan Gabung di Sini!
- Istimewa
Siap – Penemuan situs purbakala tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan ada satu lokasi yang dianggap terbesar dan terpenting di dunia, yaitu situs Sangiran.
Sebagai informasi, Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu, sekira 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo.
Sejumlah peneliti menganggap, bahwa Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia karena memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun silam.
Situs ini menyimpan kekayaan fosil-fosil purbakala, mulai dari fosil manusia purba, binatang-binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia praaksara.
Adapun situs Sangiran terletak di dua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Sragen dan Karanganyar, dengan luas mencapai 59,21 kilometer persegi.
Wilayah Sangiran memiliki karakteristik berbentuk menyerupai kubah raksasa dengan cekungan besar di pusat kubah akibat peristiwa erosi.
Lembah Sangiran itu diwarnai dengan perbukitan bergelombang. Kondisi deformasi geologis inilah yang menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil purbakala.
Saat ini situs itu dikelola Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dengan sederet temuan tersebut, situs Sangiran tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan juga kancah internasional sebagai situs yang mampu menyumbangkan pengetahuan penting mengenai bukti-bukti evolusi (perubahan fisik) manusia, evolusi fauna, kebudayaan, dan lingkungan, yang terjadi sejak dua juta tahun yang lalu.
Karena nilai-nilainya, situs Sangiran telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Data yang dihimpun menyebut, UNESCO menetapkan situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia Nomor 593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Nama situs Sangiran mulai dikenal sejak seorang peneliti Belanda bernama Von Koenigswald melakukan penelitian pada tahun 1934.
Pada waktu itu Von Koenigswald menemukan alat-alat batu hasil budaya manusia purba dalam penelitiannya di situs Sangiran.
Selanjutnya pada 1936 silam ditemukan fosil manusia purba pertama di situs Sangiran.
Setelah itu, tahun demi tahun penelitian semakin banyak dilakukan di Sangiran yang menghasilkan berbagai temuan, baik berupa fosil manusia, fosil hewan, alat tulang, dan alat batu.
Mendengar nama Situs Sangiran, mungkin yang terbayang dalam pikiran Sobat SMP adalah “fosil dan fosil”.
Namun, kekayaan arkeologis yang ada di Situs Sangiran tidak hanya fosil, tetapi juga alat-alat batu hasil budaya manusia purba serta lapisan tanah purba yang dapat menunjukkan perubahan lingkungan alam sejak dua juta tahun lalu sampai sekarang tanpa terputus.
Museum Sangiran yang terletak di kawasan Situs Sangiran dibagi menjadi lima klaster, yaitu Klaster Krikilan, Klaster Dayu, Klaster Bukuran, Klaster Ngebung, dan Museum Manyarejo.
Nah, kali ini Direktorat SMP ingin mengajak Sobat SMP untuk mengenal lebih dekat mengenai tiap klaster yang menjadi bagian dari Museum Sangiran yang dikemas dalam Kegiatan Sangirun 2023.
Itu adalah lari malam di atas tanah yang menyimpan sejarah evolusi manusia dibawah gemintang diterangi cahaya bulan dan obor seadanya yang dihiasi teknologi instalasi cahaya dan diramaikan dengan pertunjukan budaya.
Kini ditambah dengan karnaval unik, Sangiran fair dan pesta kuliner serta dibikin heboh pentas musik artis top nasional akan membuat situs manusia purba Sangiran meriah.
"Pastikan wisatawan datang ke Sangirun 2023 pada 4 hingga 5 November mendatang," bunyi keterangan dalam kegiatan tersebut pada Jumat, 20 Oktober 2023.